Chapter 5

53.5K 5.8K 77
                                    

Noted : aku ganti yaa nama Caitlin jadi Brianna biar ga pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Noted : aku ganti yaa nama Caitlin jadi Brianna biar ga pusing.

***

Brianna diam menatap kearah langit kamar Malvin dengan kosong.

Pikirannya melayang tak tentu arah.

Memikirkan bagaimana nasibnya di tempat asalnya.

'Apakah ada orang yang menggantikan jiwanya seperti dirinya saat ini?'

'Apa mungkin di isi oleh jiwa Brianna yang asli?''

'Atau bahkan tidak sama sekali'

"Oh shit!"Brianna mendesah frustasi. "Maafkan kakak Cia... Kakak tak bisa terus bersamamu, kakak tak tau sampai kapan kakak berada disini, kakak harap kamu baik-baik saja Cia" batinnya dengan sedih. Teringat bagaimana nasib adiknya Cia, ia pasti sendirian disana. Ia tak sanggup membayangkan hal itu terjadi.

"Huftt..."Baiklah ia akan mencoba menerima dirinya sebagai sosok Brianna, tetapi ia akan tetap hidup sebagai Caitlin namun dengan raga Brianna.

Ceklek!

Brianna menoleh kearah pintu.

Mendapati Malvin yang tengah berjalan kearahnya, dengan satu tangan yang disembunyikan di belakang punggungnya.

"Anna kakak punya sesuatu untukmu" ucap Malvin lembut.

Brianna hanya melirik saja. Malvin terkekeh pelan, merutuki dirinya sendiri berbicara omong kosong pada adiknya yang bahkan tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Anak itu mengeluarkan sebuah kotak kecil yang di genggamannya sedari tadi lalu menunjukkan benda tersebut pada Brianna.

Dibukanya secara perlahan dan ternyata...

"Sebuah liontin?" pikirnya membatin.

Malvin memberinya sebuah liontin berlian berbentuk hati dengan desain yang unik.

Di setiap sisinya di isi dengan mutiara kecil dan jika di lihat secara jelas mutiara itu terlihat bercahaya meskipun agak redup.

"Kakak membuatnya sendiri untukmu" tutur Malvin dengan tersenyum manis.

Brianna menatap Malvin tak percaya."Bagaimana bisa bocah sepertinya membuat liontin sebagus ini" batinnya tak habis pikir.

"Kau suka?"

"Liontin itu kakak modif sendiri, di dalam berlian itu terdapat alat pelacak yang sudah kakak desain sedemikian rupa dan kakak manipulasi bentuk alat pelacak itu agar tak ada satupun yang tau" ucapnya menjelaskan pada sang adik meskipun ia tau adiknya tak akan mengerti apa yang dia ucapkan.

Tapi disisi lain raga adiknya di isi oleh jiwa Caitlin yang sudah berumur 20 tahun, tentu saja dia tau apa yang di ucapkan oleh Malvin.

Brianna sendiri ternganga lebar mendengar penjelasan Malvin mengenai liontin yang dipakainya saat ini.

"B-bagaimana bisa" ujar Brianna dengan kaget.

"Dan untuk berliannya kakak mencurinya sedikit di ruang rahasia milik kakek, itu pun hanya beberapa butirannya saja" jawabnya dengan enteng."Kakak harap kau bisa menjaganya dengan baik"

Brianna hanya diam menyimak penjelasan dari Malvin.

Malvin tersenyum gemas.

Tok tok tok...

Suara ketokan pintu dari luar menghentikan interaksi keduanya.

"Maaf mengganggu tuan muda"

"Sudah waktunya makan malam, dan yang lain sudah menunggu dibawah" kata seorang pelayan pria dengan wajah datar.

"Hm... Kau boleh pergi" jawab Malvin datar.

"Baik tuan muda" ucapnya sembari membungkuk sedikit, lalu setelah itu beranjak dari sana.

"Ayo Anna kita kebawah" dengan hati-hati Malvin menggendong tubuh kecil Brianna.

***

"Dimana Baby Ann?"

"Dia sedang bermain dengan Malvin Ayah" jawab Liana.

Andrew hanya mengangguk saja sebagai responnya.

Terlihat bahwa seluruh keluarga tengah berkumpul di meja makan, dengan para pelayan berbaris rapih di belakang, seolah siap untuk menyajikan makanan untuk para majikannya.

Tap

Tap

Tap

Malvin dan Brianna telah sampai di meja makan.

Saat Malvin akan duduk di tempat yang sudah tersedia, tiba-tiba saja intrupsi seseorang menghentikannya."Malvin, biarkan kakek yang memangku baby Ann" ucap Andrew.

Malvin menoleh dengan datar pada kakeknya, dengan enggan Malvin melepaskan Brianna dalam gendongannya.

Brianna hanya pasrah saja melihatnya.

Prok!

Prok!

Tepukan tangan Andrew menginstruksikan pertanda bahwa makan malam akan segera di mulai. Dengan gesit para pelayan pun menghidangkan makanannya pada sang majikan.

Sedangkan Brianna ia hanya diam namun mulutnya mengunyah makanan bayi yang di suapi oleh Liana.

"Ughh... Rasanya ia ingin muntah saja"

"Benar-benar tak enak" batinnya meringis.

Brianna mengibas tangan mungilnya, pertanda bahwa ia tak ingin lagi.

"Ayo sayang... Sedikit lagi" bujuk Liana. Brianna memalingkan mukanya pertanda tidak mau.

Liana menghela nafasnya pasrah."Baiklah, sekarang waktunya tidur ini sudah malam".

Brianna mengangguk setuju, dirinya juga lelah sedari tadi memikirkan masalah yang menimpanya saat ini.

***

Andrew Carter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andrew Carter

Btw buat nanti kedepannya aku bakalan pake nama Brianna terus biar kalian juga ga pusing bacanya.

And aku juga mo ngasih tau klo untuk diawal part nya emg agak pendek tpi tenang aja ntar pas di inti cerita aku bakalan panjangin ceritanya.

Jan lupa vote sm komennya.

See u.

TBC

BRIANNA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang