Chapter 19

29K 3.5K 181
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malvin diam termangu. Di sana, orang yang ia rindukan selama ini tengah tertidur tenang, dengan sinar rembulan yang menyorot menembus pada dinding kaca menyinari gadis itu.

Perlahan kakinya melangkah dengan gemetar kearah gadis itu. Setelah tiba dihadapannya Malvin duduk dipinggiran kasur, tangannya terangkat menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"Sweetie..." bisiknya serak.

Matanya berkaca-kaca, perasaan rindu kini membuncah. Dihadapannya, adik kesayangannya telah kembali.

Gadis mungil yang dulunya selalu menatap kesal padanya karena ia terus mengganggunya kini berubah menjadi gadis yang sangat cantik. Malvin bahkan hampir tak mengenalinya, perubahan adiknya yang dewasa seperti ini membuat Malvin lagi-lagi terjerat akan pesonanya.

Meskipun hanya dengan sorot cahaya rembulan saja, Malvin bisa melihat dengan jelas wajah cantik adiknya.

Dalam keadaan hening, Malvin menatap Brianna dengan intens. Hanya terdengar suara hembusan nafasnya yang teratur dan suara detak jantungnya yang entah dari kapan berdetak lebih cepat dari biasanya. Kemudian Malvin mencondongkan tubuhnya kearah depan.

Cup

Malvin mengecup kening Brianna lama, sebagai tanda pertemuan mereka. Lalu, tangannya terangkat mengelus pipinya lembut.

"Eughh..." Brianna sedikit terusik akibat perbuatan Malvin, namun setelahnya ia kembali terlelap. Malvin yang melihat hal itu pun tersenyum kecil, dulu ataupun sekarang adiknya masih saja terlihat menggemaskan.

Malvin memposisikan dirinya untuk ikut berbaring di sebelah Brianna, tangan kekarnya menelusup kedalam selimut, memeluk pinggang Brianna dari belakang dengan posesif.

"Have a nice dream sweetie".

"Dan jangan pernah ada niatan untuk meninggalkan ku lagi, karena aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi" Matanya menatap dingin.

Namun, sedetik kemudian kembali lembut, Malvin mengecup pelan pucuk kepala Brianna.

Setelahnya ia ikut memejamkan matanya menelusuri alam mimpi.

Ceklek

"Oh astaga Leon, aku sudah merindukan putri kecil kit--"

"Sstt..." Leon menggerakkan jari telunjuknya di depan bibir, menyuruh istrinya agak tidak berisik.

"Okay, i'm sorry" bisiknya pelan.

"Pelan-pelan sayang, nanti mereka bangun" Leon menuntun Liana menuju tempat tidur Brianna.

Setelah dirasa sudah sampai, Leon maupun Liana menatap haru kedua anaknya yang terlihat saling berpelukan satu sama lain. Sudah lama mereka tidak melihat pemandangan seperti ini. Rasanya perasaan rindu mereka kini terbalas dengan kembalinya Malvin dan Brianna ke rumah.

BRIANNA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang