***
Kini keduanya telah sampai di tempat dimana anak-anak jalanan tinggal. Tempatnya memang agak kumuh namun itu tak menutupi riang gembira anak-anak yang sedang bermain. Gelak tawa mereka seolah menyadarkan Brianna untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun.
"Kau benar-benar yakin ingin pergi ke sana?" Denzel bertanya sekali lagi. Agak ragu sebenarnya mengajak Brianna ke tempat seperti ini.
Brianna yang sedari tadi memperhatikan anak-anak jalanan di sebrang sana kini menoleh dan tersenyum tipis "Aku yakin, kau tidak perlu khawatir seperti itu".
"Siapa juga yang menghawatirkan mu" delik Denzel membuang mukanya. Hal itu malah membuat Brianna terkekeh geli.
Brianna paham, Denzel khawatir jika dirinya merasa tak nyaman di tempat seperti ini, padahal ia tak masalah sama sekali justru Brianna malah senang karena bisa melihat gelak tawa mereka tanpa beban itu.
"Ayo. Tidak mungkin kan kita hanya berdiri disini terus menerus" Brianna mengelos pergi ke arah gerombolan anak-anak itu.
Denzel menghela nafasnya. Setelahnya ia menyusul Brianna yang kini sudah jauh beberapa meter darinya.
"Halo semuanya" sapa Brianna lembut saat dirinya tiba di antara gerombolan anak-anak itu.
Anak-anak itu serentak menoleh kearah sumber suara. Seperti biasa orang-orang yang melihat Brianna akan selalu terpaku di tempat.
"Aku tidak tau mana yang lebih indah hari ini. Cuacanya... Atau kakak cantik yang ada di hadapanku ini?" celetuknya.
Pletak!
"Aduh... Sakit tau. Kenapa kau malah menjitakku hah?!" Bocah laki-laki itu menatap kesal ke arah temannya.
"Dasar kau ini. Mentang-mentang ada gadis cantik seenaknya menggodanya. Kau itu masih bocah bodoh" sahutnya berdecak sebal.
"Lalu apa salahnya huh!?".
"Oh atau kau iri karena tidak di panggil cantik olehku?" Bocah itu menaikan kedua alisnya dengan tengil.
Gadis kecil itu mengernyit jijik "Lihatlah wajahmu. Kau terlihat jelek" ejeknya.
Bocah laki-laki itu mengerut "Dasar menyebalkan". Gadis kecil itu menjulurkan lidahnya tanda mengejek.
Brianna tertawa kecil. "Sepertinya seru sekali, kakak boleh ikut bermain?"
Mereka semua mengangguk dengan antusias "Tentu saja boleh kakak cantik".
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA [Proses Revisi]
FantasiMatanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Perlahan-lahan terbuka dengan sempurna, netra matanya melihat ruangan yang terlihat besar dan megah dihiasi dengan aksesoris klasik . Namun, anehnya ada beb...