***
Albern membawanya ketempat private room yang pernah ia kunjungi waktu itu, kini keduanya berdiri didepan pintu dengan Albern yang sedang menempel ID card nya, yang sudah terdeteksi benar.
Keduanya masuk kedalam, "apa aku boleh duduk?" Brianna berbalik pada Albern dengan tersenyum.
"Duduklah! aku akan mengambil minum lebih dulu".
Brianna mengangguk, dia duduk dengan patuh. "Al bagaimana kalian bisa mengakses private room ini menjadi milik kalian?" tanyanya.
"Awalnya ruangan ini adalah gudang yang tak terpakai, dan yang menemukannya dua bocah itu" jelas Albern sembari membawa makanan dan minuman di tangannya. kemudian ia duduk lebih dekat di samping Brianna. "maksudmu Aiden dan Bobby?" tanya Brianna bingung.
Albern mengangguk pertanda benar. Lalu ia meng-kode Brianna untuk membuka mulutnya Brianna menurut, ia membuka mulutnya dan menerima buah Cherry yang diberikan Albern.
Sambil mengunyah Brianna kembali bertanya "lalu kalian meminta izin pada kepala sekolah?"
Albern menaikkan salah satu alisnya "untuk apa, kita salah satu investor disini".
Brianna ber-oh ria. Setelah itu keduanya terdiam, namun masing-masing sibuk memakan buah-buahan.
Saat Albern kembali menyuapi Brianna menolak "aku sudah kenyang Al".
Albern menyimpan buah-buahan itu pada tempatnya, lalu memberikan minum pada Brianna dengan telaten.
"Terimakasih" ucap Brianna dengan tersenyum.
Albern membalasnya dengan tersenyum tipis, setelah menyimpan gelas diatas meja ia memposisikan dirinya untuk merebahkan tubuhnya di pangkuan Brianna dengan pahanya yang ia jadikan bantal, tangannya memeluk erat pinggang Brianna. Brianna awalnya cukup kaget, namun kemudian ia menerima dan tangannya mengusap rambut kepala Albern dengan lembut.
Keduanya terlarut dalam keheningan, hanya ada bunyi jam dinding yang mengisi suara. Beberapa menit sudah berlalu, Brianna menguap dengan pelan, matanya sudah mengantuk namun ia tahan. Lalu Brianna melihat kebawah, "rupanya sudah tertidur" batin Brianna melihat Albern yang kini sudah tertidur pulas.
Brianna menelisik setiap inci wajahnya, memang benar Albern adalah pria paling tampan diantara pria yang selama ini Brianna temui. Brianna penasaran seperti apa sosok Albern diluar sana.
"Max..." panggil Brianna membatin.
[Iya tuan, ada apa?]
"Kau bisa selidiki Albern?"
[Tentu tuan, saya akan mencobanya]
"Terimakasih Max".
[Bukan masalah tuan]
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA [Proses Revisi]
FantasyMatanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Perlahan-lahan terbuka dengan sempurna, netra matanya melihat ruangan yang terlihat besar dan megah dihiasi dengan aksesoris klasik . Namun, anehnya ada beb...