Chapter 36

10.7K 1.3K 150
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Darimana saja sweetie?" suara bariton seseorang menghentikan langkah kakinya menuju kamar.

Brianna kenal dengan suara itu. Saat ia membalikkan tubuhnya "K-kak Malvin..." kaget Brianna.

Di sana. Malvin tengah duduk disalah satu sofa, dengan menompang kakinya ke atas menatap lurus kearahnya. Tak lupa dengan satu gelas yang berisi sampanye di tangan kanannya.

"Kemarilah!" titahnya dengan dingin.

Brianna meremas tangannya dibelakang, perasaannya kini tengah campur aduk. Antara takut, gugup, dan juga kesal. Sialan, bagaimana bisa dirinya lupa jika Malvin pulang hari ini. Dengan perasaan ragu, Brianna menghampiri Malvin yang masih tetap tenang dalam posisinya itu.

Tak menampik jika ia sendiri merasa takut dengan aura yang terpancar dari Malvin. Namun, dirinya harus berusaha untuk tetap tenang menampilkan raut wajah polos seolah tidak terjadi apa-apa.

Saat sudah sampai dihadapannya. Brianna dengan berani menatap langsung mata tajam itu, membuat Malvin yang semula hanya diam kini menyungging senyum miring walau terlihat samar.

"Duduklah!" Malvin meneguk sampanye-nya hingga tandas.

Brianna menurut, ia duduk bersebrangan dengan Malvin.

"Kau tau apa kesalahanmu sweetie?" Malvin akhirnya bersuara setelah beberapa menit hanya ada keheningan diantara keduanya.

"Ya, aku tau" balasnya singkat, padat dan jelas.

Malvin menaikan alisnya "Sebutkan, apa kesalahanmu itu".

Sejenak Brianna menarik nafasnya yang entah mengapa ruangan ini begitu menyesakkan padahal sudah jelas ruangan ini luasnya bukan main. "Pertama, Aku lupa jika hari ini Kak Malvin akan pulang dan mengingkari janjiku untuk menjemputmu di bandara. Kedua, aku lupa mengabari orang rumah bahkan beberapa pesan dan Miss call tidak ku jawab sama sekali. Ketiga, pulang terlambat dan diantar oleh temanku yang parahnya dia itu pria".

"Lalu tanganmu? Bagaimana bisa terluka seperti itu?!" tanya Malvin menyelidik.

Brianna melirik sekilas pada tangannya yang terluka, padahal dirinya sudah berusaha menutupi dengan foundation tapi tetap saja Malvin mengetahuinya. "Teman sekolahku merundungku. Aku berusaha memberontak, dan yeah, jadilah seperti ini" Brianna dengan santainya berbohong pada Malvin, padahal jelas-jelas dirinya yang melukai diri sendiri.

Malvin menukik alisnya tajam "Siapa yang berani melukaimu sweetie?!" nada suara Malvin kini berubah menjadi dingin.

Brianna sudah menebak jika reaksi Malvin akan seperti ini "Hanya tikus kecil, tidak ada apa-apanya dibanding diriku. Kakak tidak perlu ikut campur, biar aku yang membalasnya dengan tanganku sendiri".

BRIANNA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang