Bab 5 - Aku Pergi

89K 6.8K 204
                                    

Happy reading✨

Buat pembaca lama, di bab ini ada revisi ya. Silakan kalau mau baca ulang🫶

Setelah mengucapkan kalimat yang membuat wajahku semakin panas, Dipta mengambil toples dari tanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengucapkan kalimat yang membuat wajahku semakin panas, Dipta mengambil toples dari tanganku.

“Biar aku aja yang bawa semuanya, Mbak Aya mending masuk kamar sekarang.”

Aku mengernyit. Menatapnya dengan raut bingung.

“Bibir Mbak terlalu bengkak, entar mereka curiga.”

Aku berdecak, memandang Dipta dengan sorot tajam, kemudian berbalik dan melangkah pergi memasuki kamar, menutup pintu rapat-rapat. Ini tidak bisa dibiarkan, aku merasa dipermainkan oleh seorang bocah. Berani-beraninya dia menciumku? Betapa bodohnya aku yang malah tidak menolak. Pesona seorang cowok tampan memang mengerikan, sulit untuk menolaknya.

Menghela napas, aku meraih ponsel lantas mencari nomor Irfan, meneleponnya.

“Fan,” panggilku saat telepon tersambung.

“Hm? Ganggu gue tidur aja.”

Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan hampir pukul dua siang. Dasar Irfan kebo!

“Lo lagi di rumah ortu atau di apartemen?” tanyaku, tak mempedulikan keluhan Irfan yang kuganggu tidur nyenyaknya.

“Gue lagi di apartemen. Why?”

“Oke. Gue otw ke sana.”

“What? Ngap—”

Tut.

Aku langsung mematikan sambungan telepon. Mengikat rambut panjangku tinggi-tinggi, kemudian mengambil tas selempang dan masker. Saat akan memakai masker, aku menatap cermin di kamar. Detik itulah mataku melotot. Demi Cha Eun Woo yang ganteng parah! Bibirku ternyata benar-benar bengkak! Separah apa tadi aku berciuman dengan Dipta?

Berusaha abai, aku bergegas memakai masker lantas melangkah keluar kamar. Ketika melewati ruang tamu, seluruh pasang mata beralih menatapku. Aku melirik sekilas ke arah Dipta, melempar tatapan tajam padanya. Kesal, aku sungguh kesal pada bocah itu.

“Mau ke mana, Mbak?” tanya Rizky.

“Main.”

“Main ke mana deh?”

“Ke mana-mana hatiku senang,” sahutku asal.

Sebelum benar-benar keluar rumah, aku kembali menatap ke arah Dipta. Cowok itu balas menatapku dengan raut datarnya, dia mengangkat satu alisnya. Sumpah! Mukanya jadi terlihat menyebalkan! Dasar berodong sialan!

***

Aku menegak segelas air putih dengan cepat sampai tandas, kemudian meletakkan gelas ke atas meja kaca hingga menimbulkan bunyi.

Trapped by Berondong (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang