Bab 20 - Tamu Tak Terduga

57.8K 5.2K 92
                                    

Hai gaes, happy reading!

Buat readers lama, di bab ini nggak ada revisi.

"Riz, entar malam antar Mama kondangan, ya? Sekalian temenin," ucap Mamaku kepada adikku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Riz, entar malam antar Mama kondangan, ya? Sekalian temenin," ucap Mamaku kepada adikku.

Kedua orang tuaku itu baru pulang setelah kesibukan mereka di luar kota. Pulang-pulang, langsung sibuk lagi, maksudku sibuk kondangan. Setelah itu pasti akan ada acara lain lagi. Namun, aku tak peduli, sudah biasa ditinggal pergi-pergi sejak dulu.

"Rizky udah gede, Ma. Masa ikut kondangan?" protes adikku.

"Ya nggak apa-apa, temenin Mama buat gantiin Papa. Soalnya Papa nggak bisa ikut."

Dengan tampang memberengut, Rizky mengangguk setuju. Memang biasanya kalau urusan kondangan, Mama lebih sering mengajak Rizky daripada aku, karena Mama tahu kalau aku tidak betah di tempat ramai semacam itu, bahkan kalau terlalu lama di tengah keramaian bisa sampai pusing. Pernah satu kali Mamaku memintaku untuk menemaninya kondangan, baru beberapa menit, aku sudah merengek minta pulang, mungkin karena alasan itulah Mama tidak pernah memintaku menemaninya lagi.

"Eh, Mbak."

Aku yang tengah mengunyah keripik kentang beralih menatap Rizky. "Apa?"

"Buku tulisnya Dipta ketinggalan, padahal besok ada ujian buat mata pelajaran itu," beri tahu adikku.

"Lah, terus kenapa?"

Aneh sekali, mengapa memberi tahuku?

"Tolong anterin buku tulisnya ke Dipta, ya, Mbak?" pinta adikku dengan memasang wajah yang diimut-imutkan. Tidak cocok sama sekali.

"Males, ah. Suruh dia ke sini sendiri."

"Yah, jangan gitu dong. Kasihan Dipta, gue udah minta tolong diajarin juga kemarin."

Aku menghela napas.

"Imbalannya apa?" Sekali-kali minta imbalan seharusnya tidak masalah.

"Martabak manis satu kotak."

"Oke."

Katakanlah diriku lemah, hanya diberi imbalan martabak manis satu kotak langsung menurut begitu saja. Jiwa pecinta martabak manisku memang tidak bisa dibohongi, apalagi kalau dapat yang gratisan.

***

Malamnya, aku keluar dari taksi online lalu berjalan memasuki area apartemen Dipta. Aku mengetuk-ngetuk kaki saat berada di dalam lift, terasa lama sekali untuk sampai di lantai tempat unit apartemen Dipta berada.

Saat pintu lift terbuka, aku bergegas berjalan menuju unit apartemen Dipta. Sejenak, aku menoleh ke arah pintu unit apartemen Irfan yang berada di depan unit apartemen Dipta. Tampak sepi, sepertinya Irfan sedang berada di rumah orang tuanya, padahal aku ingin sekalian bertemu dengannya untuk membicarakan tentang Rina, tetapi kalau tidak ada ya sudahlah.

Trapped by Berondong (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang