Bab 28 - Hadiah Kelulusan

89.3K 4.8K 122
                                    

Warning! Mengandung konten dewasa🌚

Besoknya, seharian penuh aku memikirkan hadiah apa yang hendak kuberikan pada Dipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besoknya, seharian penuh aku memikirkan hadiah apa yang hendak kuberikan pada Dipta. Setelah menemukan yang menurutku akan Dipta sukai, aku pun tersenyum-senyum sambil membayangkan betapa Dipta akan sangat berterima kasih padaku.

Aku bersiap-siap untuk menuju ke apartemen Dipta, terlebih dahulu aku menghubunginya untuk memastikan apakah dia berada di sana atau tidak.

"Halo, Cantikku. Selamat malam."

"Kamu di apartemen nggak?" tanyaku, mengabaikan sapaan berisi gombalan dari Dipta.

"Iya, kenapa?"

"Aku udah punya hadiah buat kamu. Aku ke sana, ya?"

"Asyik, ada hadiah. Oke, Mbak, cepat ke sini. Atau mau aku jemput?"

"Nggak usah, aku ke sana sendiri aja."

Aku mematikan panggilan, memesan taksi online untuk menuju ke apartemen Dipta. Sepanjang jalan, aku tak berhenti tersenyum memikirkan reaksi Dipta. Ini hadiah yang menurutku bagus, aku juga sudah memikirkan alasan mengapa aku membelikan hadiah ini. Semoga saja Dipta suka dan reaksinya sama seperti yang kubayangkan.

Tiba di depan gedung apartemen Dipta, aku buru-buru membayar taksi online lalu keluar dari sana. Rasanya aku sungguh excited menantikan detik-detik memberikan hadiah ini kepada Dipta dan melihat reaksi Dipta.

Aku melangkah memasuki lift sambil bersenandung. Pintu lift terbuka, kemudian aku menghampiri pintu unit apartemen Dipta dan memasukkan sendiri pin di sana, melangkah masuk.

"Malam, Dip! Mbak Aya yang cantik jelita datang!" ucapku.

Pandanganku mengendar, ternyata Dipta tidak ada di sini. Aku pun beranjak duduk di atas sofa. Tak lama, terdengar suara langkah kaki mendekat. Aku menoleh, detik itu juga napasku tertahan melihat Dipta tengah bertelanjang dada dengan rambut basah. Sepertinya dia baru saja mandi. Sangat seksi. Super sekali.

Dipta beranjak duduk di sebelahku. "Kamu nggak mau pakai kaus dulu?" tanyaku.

"Enggak, entar aja. Jadi, apa hadiahnya?" Dipta tampak tak sabar.

Aku mengeluarkan kotak hadiah yang sudah rapi dibungkus pita, kemudian menyodorkannya kepada Dipta.

"Ini, dia! Ayo, dibuka."

Dipta mulai membuka kotak berisi hadiah itu. Aku menanti penuh penasaran. Dan, ketika hadiah itu sudah terbuka lalu Dipta melihat isinya, raut wajah Dipta berubah keruh, seolah dia mendapatkan hadiah yang tidak sesuai dengan keinginannya.

"Jam tangan? Mbak kasih aku jam tangan?" tanya Dipta, tampak tak percaya.

Rasanya aku seperti dihempaskan ke dasar jurang. Mengapa reksi Dipta seperti itu?

"Iya. Kamu nggak suka? Ini bagus loh, aku sampai seharian milihnya," ucapku, serius.

Dipta memberengut. Reaksinya benar-benar jauh dari ekspektasiku. Kupikir dia akan tersenyum senang atau bahkan sampai memelukku dan berterima kasih berkali-kali, ternyata tidak sama sekali.

Trapped by Berondong (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang