Bab 30 - Ketahuan

52.1K 4.6K 111
                                    

🥰😍😘❤️💋

Waktu terasa cepat berlalu, untungnya hubunganku dengan Dipta tetap baik, tidak ada masalah apapun akhir-akhir ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu terasa cepat berlalu, untungnya hubunganku dengan Dipta tetap baik, tidak ada masalah apapun akhir-akhir ini. Sekarang aku memasuki semester tujuh di perkuliahan, mulai sibuk, apalagi aku menargetkan agar bisa lulus dalam tiga setengah tahun, karena aku juga sudah tua. Sedihnya.

Tak hanya aku yang sibuk, Dipta pun sibuk karena sudah menjadi mahasiswa baru, ditambah lagi kafe-nya sudah buka dan sedang ramai-ramainya. Aku dan Dipta jarang bertemu, bahkan bisa sampai sebulan sekali baru bertemu, saking sibuknya.

Di saat punya waktu luang seperti sekarang ini, aku akan memanfaatkan dengan menginap di apartemen Dipta, dalam rangka menuntaskan perasaan rindu. Aku saat ini tengah berada di dalam lift, hendak menuju ke unit apartemen Dipta.

Ting!

Pintu lift terbuka, aku berjalan menuju ke pintu unit apartemen Dipta dan memasukkan pin lalu masuk seperti biasanya, karena aku pun sudah memberi tahu Dipta lebih dulu kalau akan berkunjung.

“Welcome, Mbak!” sapa Dipta, dia tidak menghampiriku, hanya melirikku sekilas lalu berfokus pada laptop di depannya.

Aku berjalan mendekat lalu duduk di sofa, tepatnya di samping Dipta. Ngomong-ngomong, sejak kuliah, Dipta mulai menggunakan kacamata, karena matanya mulai minus saking banyaknya tugas kuliah yang mengharuskan menatap laptop dan buku. Bukannya menjadi culun, dia justru terlihat semakin tampan dan ... seksi!

“Mbak tidur di sini kan?” tanya Dipta, melirikku sekilas dari balik kacamatanya, kemudian kembali menatap layar laptop.

“Hm,” sahutku tanpa melepas pandangan dari Dipta. “Dip, aku pernah bilang nggak?”

“Bilang apa?”

Tersenyum jahil, aku lantas mendekatkan wajah ke telinga Dipta, berbisik, “Bilang kalau kamu seksi pakai kacamata.”

Dipta terbelalak kaget, dia langsung menjauh dariku. Mungkin karena terkejut tiba-tiba aku berbisik tepat di depan telinganya.

“Kenapa?”

“Kalau Mbak kayak gini, aku bisa nggak fokus nugas,” kesalnya.

Aku terkekeh. “Maaf. Lanjutin nugasnya, aku mau tiduran di kamar, ngantuk plus capek.”

Tanpa menunggu sahutan dari Dipta, aku berjalan menuju ke kamarnya, melempar tas selempang yang aku bawa ke sembarang arah lalu menjatuhkan tubuh ke atas kasur. Bulan kemarin juga sama seperti ini, jika aku berkunjung dan merasakan kantuk, aku tidur lebih dulu, barulah Dipta menyusul.

Sebenarnya Dipta merasa tidak enak padaku karena membuatku sering mengunjunginya. Namun, mau bagaimana lagi? Kalau Dipta yang mengunjungiku, tentu saja Rizky bisa curiga. Aku masih belum siap kalau hubunganku dan Dipta diketahui oleh adikku atau teman-temannya. Entahlah, kapan aku akan siap dan berhenti menutupi ini semua.

Trapped by Berondong (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang