Bab 19 - Nyaris Ketahuan

66.9K 5.6K 127
                                    

Happy reading⭐

Sekembalinya dari cafe and resto milik Rina, aku langsung masuk ke dalam rumah, lebih tepatnya ke kamar untuk mengerjakan tugas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekembalinya dari cafe and resto milik Rina, aku langsung masuk ke dalam rumah, lebih tepatnya ke kamar untuk mengerjakan tugas. Saat ini aku tengah berada di meja belajar sambil mengetik. Namun, fokusku hilang saat Rizky datang, adikku itu lantas merebahkan tubuh di atas kasurku.

“Riz, jangan berisik loh,” peringatku.

Rizky hanya mengangguk-angguk dengan mata yang memandang ke arah ponselnya. Beberapa kali adikku itu memang sering masuk ke kamarku dan tiduran di kasur. Katanya tidak mau sendirian di kamarnya kalau sedang bosan, jadi dia selalu pergi ke kamarku, meskipun kadang menggangguku yang sedang mengerjakan tugas.

Baru saja dipikirkan, ternyata benar-benar kejadian. Rizky beranjak duduk sambil tertawa, jarinya masih asyik menggulir layar ponsel. Aku menoleh ke arahnya, hendak menegur, namun urung saat melihat adikku tiba-tiba diam.

“Anjay!”

Aku terkesiap kaget mendengar umpatan Rizky.

“Ada apaan sih?” tanyaku, mendadak kepo.

Rizky mendekat ke arahku sambil membawa ponselnya. “Nih, Dipta nge-post foto cewek di feed instagramnya!” serunya, tampak heboh.

Aku menatap foto cewek yang dimaksud oleh Rizky. Detik itu juga bola mataku membesar sempurna. Itu fotoku yang dalam posisi membelakangi kamera, foto itu sepertinya diambil saat aku tengah mengobrol bersama Rina. Astaga! Nakal sekali bocah itu mengambil fotoku diam-diam lalu mengunggahnya di akun sosial medianya. Untung saja hanya bagian punggungku yang terlihat, semoga saja Rizky tidak mengenaliku.

Aku membaca caption yang tertera di bawah foto itu.

I love u so much, u know it. Gue jangan digantung.
-From PJ to AM.

“Captionnya kayak orang lagi kasmaran plus galau. Diem-diem Dipta udah punya cewek nih!” celetuk Rizky, masih tampak heboh. Namun, dia tiba-tiba terdiam, matanya menyipit curiga menatap foto itu. “Sebentar. Kok ceweknya mirip kayak lo, Mbak?”

“H-hah? Enggaklah! Beda jauh!” elakku, mendadak panik.

“Dari belakang mirip banget sama lo. Bajunya, rambut, sama cara duduknya,” ujar Rizky. Dia lantas menatapku. “Pasaran banget lo, Mbak! Bisa-bisanya ada orang yang mirip sama lo.”

Adikku itu tertawa dengan kepala menggeleng heran. Aku yang melihatnya menghela napas lega. Namun, baru selesai satu masalah, terbit masalah lain. Ponselku tiba-tiba berdering dan memunculkan nama Dipta di layar. Dengan cepat aku hendak meraih ponsel, tetapi Rizky mengambilnya lebih dulu.

“Panggilan masuk, Pradipta Januar. Kalian saling nge-save nomor hape?” tanya Rizky, menatapku curiga. “Ngapain dia telepon lo?”

Mampus.

“Kayaknya ada barang gue yang ketinggalan di apartemennya. Sebentar, gue angkat dulu,” ucapku lalu merebut ponsel dari tangan Rizky.

“Halo, Mbak. Aku—”

Trapped by Berondong (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang