Bab 27 - Pesta Kelulusan

54.8K 4.8K 99
                                    

Ceritanya terlalu ringan nggak sih? Wkwk. Soalnya diriku paling sebel kalau misal bikin konflik pelakor, selingkuh, dan sejenisnya😤

Happy reading!🫶

Hari kelulusan Dipta tiba, tentu saja acara semacam wisuda tidak dilaksanakan karena pandemi Covid-19, katanya mereka hanya diminta mengambil ijazah ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kelulusan Dipta tiba, tentu saja acara semacam wisuda tidak dilaksanakan karena pandemi Covid-19, katanya mereka hanya diminta mengambil ijazah ke sekolah. Mengenai kuliah? Tentu saja Dipta sudah diterima lewat jalur SNMPTN, jalur rapor itu. Memang dasarnya Dipta pintar sungguhan, nilainya juga bagus, dan ternyata dia punya banyak piagam.

Hal yang membuatku tak habis pikir adalah Dipta yang diterima di universitas di mana tempat aku kuliah, kami satu kampus sekarang, hanya saja berbeda jurusan. Saat aku tanya mengapa dia mengambil universitas yang sama denganku di saat masih banyak universitas bagus di luar sana, Dipta berkata kalau ia ingin satu kampus denganku, katanya kampus mana saja tidak masalah, bahkan mau negeri ataupun swasta sama saja, yang penting ia mengambil jurusan yang diminati.

Kini aku sedang berada berada di dapur, mempersiapkan untuk pesta barbeque yang akan diadakan di rooftop lantai dua rumahku. Ya, Rizky dan gengnya—Dipta, Farhan, Indra, dan Andre akan datang kemari untuk merayakan kelulusan mereka. Tentu saja di sini malah aku yang repot, karena Rizky yang menjadi tuan rumah, dan adikku itu tidak membantu banyak, hanya menyuruh-nyuruhku saja. Menyebalkan.

"Mbak, udah siap semua? Sebentar lagi temen-temen gue datang," kata Rizky lalu berjalan mendekat ke arahku.

Aku menoleh ke arah Rizky yang tengah asyik memakan camilan. Langsung saja kuberi dia pelototan tajam, bukannya membantu malah asyik makan.

"Bantu bawa ini semua ke atas!" suruhku.

"Iya, gue bantu. Nggak usah marah-marah."

Dengan wajah santainya yang tampak menyebalkan, adikku itu mengambil beberapa peralatan memanggang dan daging serta sosis yang sudah aku siapkan. Dia membawanya menuju ke rooftop rumah kami di lantai dua. Aku lantas mengikuti Rizky, membawa beberapa kaleng soda dingin menuju ke atas.

Tak berselang lama, suara dari beberapa kendaraan bermotor terdengar. Dan, ada satu motor yang sangat aku hapal suaranya. Siapa lagi kalau bukan motor milik Ayang Dipta?

"Mbak, kayaknya temen-temen gue udah datang. Gue ke depan dulu, buka pintu," ujar Rizky lalu berjalan menjauh.

Aku mulai menyiapkan alat memanggang. Hari yang beranjak malam membuat udara di sekitar berubah dingin, untungnya berada di dekat panggangan ini cukup menghangatkanku.

Suara beberapa langkah kaki terdengar mendekat. Aku menoleh dan fokusku langsung tertuju pada cowok tampan berbalut jaket jeans yang tengah melempar senyum ke arahku. Duh, berdebar-debar diriku dibuatnya, Ayang Dipta sungguh mempesona.

"Malam, Mbak Aya. Mbak tambah cantik aja deh," kata Farhan yang diangguki oleh si kembar Andre dan Indra.

"Makasih pujiannya."

Trapped by Berondong (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang