Bab 17 - Dia Rina?

57.5K 5.5K 211
                                    

Selamat malam, gaes! Happy reading✨

Info buat pembaca lama, ada revisi di bab ini yaa😁

Info buat pembaca lama, ada revisi di bab ini yaa😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun esok paginya. Bukan karena alarm, melainkan ponselku berdering berkali-kali, ada telepon masuk. Sebelum mengambil ponsel di atas nakas, aku menyingkirkan lebih dulu tangan Dipta yang melingkar di pinggangku. Cowok itu semalam tidur sambil memelukku, berulang kali kusingkirkan tangannya, tetapi dia memelukku lagi.

Melihat nama yang tertera di layar ponsel, aku langsung melotot dan beranjak duduk. Rizky, adikku itu yang menelepon. Mampus. Aku lupa tidak mengabarinya kalau tidak akan pulang ke rumah.

“Lo ada di mana? Dari semalam chat gue nggak dibales,” tanya Rizky tanpa basa-basi.

“Siapa yang telepon?” tanya Dipta lalu beranjak duduk sambil mengucek matanya.

“Itu suara siapa? Kok suara cowok? Lo nggak tidur sama Mas Irfan kan?!” pekikan panik terdengar dari seberang sana.

Aku melirik ke arah Dipta lalu mengode kepadanya agar tidak berbicara. “Enggaklah, gue tidur pisah sama Irfan.”

“Berarti lo tadi malam nginep di apartemennya Mas Irfan?”

“Hm.” Terpaksa bohong. Kalau aku bilang sedang di apartemen Dipta, Rizky pasti akan curiga dan memberondongku dengan pertanyaan. Aku sendiri juga akan bingung harus memberikan alasan apa.

“Mas Irfan bisa dipercaya 'kan? Dia nggak macam-macam sama lo?”

“Enggak. Santai aja.”

Helaan napas terdengar dari seberang sana. “Entar jangan lupa pulang. Awas aja kalau lo nginep di luar lagi. Gue aduin ke Papa sama Mama!”

“Iya! Bawel!”

“Gue tutup. Jangan lupa sarapan.”

Tut.

Beginilah kalau punya adik rasa kakak. Rizky terkadang kelewat cerewet, membuatku sebal. Padahal, orang tuaku sendiri tidak separah itu. Mereka malah santai-santai saja kalau tahu aku tidak di rumah dan sedang menginap di rumah teman. Berbeda dengan Rizky yang akan panik dan bertanya macam-macam.

“Tadi Rizky yang telepon?” tanya Dipta yang kini sudah beranjak berdiri.

“Iya. Aku lupa nggak ngabarin.”

Dipta mengangguk singkat, dia tampak santai. Bahkan, setelahnya dia melepas kaus di depanku dan bertelanjang dada. Mau apa? Aku jadi panik.

“Kamu ngapain buka baju?”

Dipta beralih menatapku. Dia membuka mulutnya, hendak menjawab, namun diurungkannya. Senyum miring tiba-tiba tercetak di wajahnya, membuatku semakin panik saja. Dipta malah berjalan mendekat ke arahku, kemudian menunduk untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajahku.

Trapped by Berondong (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang