Selamat sore gaes! Happy reading😍
Btw, seperti biasa info buat readers lama, tapi di bab ini nggak ada revisi😂
“Kenapa, Mbak?” tanya Dipta sambil menunduk, mengambil ponselku yang terjatuh.
Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Sepertinya pemikiranku terlalu liar, pasti tidak akan terjadi apapun selama tinggal di sini bersama Dipta selama dua minggu. Lebih baik berpikir yang positif bukan?
“Nggak apa-apa,” sahutku lalu mengambil ponsel dari tangan Dipta. Aku hendak kembali berbicara kepada Rizky, namun ternyata panggilan sudah terputus.
Pandanganku beralih ke arah Dipta yang tengah menutup laptop dan merapikan alat tulisnya. Cowok itu lalu beranjak berdiri, menatapku.
“Mbak mau mandi?”
“Hah?!” pekikku, kaget. Apa maksudnya Dipta menanyakan seperti itu? Dia tidak sedang mengajakku mandi bersama bukan?
“Kenapa?” heran Dipta, alis tebalnya terangkat.
“Justru aku yang mau tanya gitu, kenapa kamu nawarin aku mandi?”
“Mbak Aya belum mandi dari pagi kan? Aku nawarin Mbak mandi sekarang biar nggak terlalu sore, entar dingin.”
Mataku mengerjap-ngerjap. Oh, ternyata begitu. Pikiranku terlalu kotor, perlu disapu. Memalukan. Dasar mesum.
“Aku mandi sekarang,” ujarku, kemudian berdiri dan melangkah menuju kamar mandi.
***
Suara alarm dari ponsel membuat kedua mataku terbuka. Aku meraih ponsel dan mematikan alarm, menatap jam yang tertera di sana, menunjukkan pukul tujuh pagi. Meletakkan kembali ponsel ke atas nakas, aku lalu menoleh ke samping. Dipta tidak ada di sebelahku, di mana dia?
Aku beranjak duduk, mengedarkan pandangan ke penjuru kamar, namun tak kutemukan sosok Dipta. Padahal, kupikir pagi ini sama seperti pagi sebelumnya, saat membuka mata akan mendapati cowok itu sedang memelukku, namun ternyata tidak.
Tadi malam sebenarnya aku hendak tidur di sofa, rasanya kurang nyaman jika harus tidur seranjang lagi. Namun, Dipta ngotot, menyuruhku tidur di kasur bersamanya. Akhirnya, aku menurut karena dia berjanji tidak akan menyingkirkan guling yang digunakan sebagai pembatas.
Aku bangkit dari duduk, baru saja hendak berjalan, kepalaku terasa nyeri. Memang sudah lebih baik dari kemarin, tetapi masih saja pusing dan suhu tubuhku juga masih tinggi. Mengabaikan pening di kepala, aku melangkah keluar kamar.
Sampai di sofa yang berada di depan televisi, aku tidak mendapati Dipta di sana. Ke mana perginya bocah itu? Teringat kalau dia bisa memasak, aku pun berasumsi kalau Dipta tengah memasak. Ketika aku hendak berjalan menuju meja pantry, saat itulah terdengar suara Dipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped by Berondong (On Hold)
Romance(Jangan dibaca dulu. Proses revisi ditunda. Dilanjut setelah cerita "Stuck with You" selesai). "Aku mau kamu, Mbak!" Satu kalimat itulah yang menjadi awal dari kisah baru Ayana. Ayana Maharani (22 tahun), mahasiswi semester 6 yang tengah disibukkan...