Cuma mau bilang, tetap semangat sayy❤️💋
Nggak ada yang gue revisi di bab ini dari versi sebelumnya ya. Happy reading!✨
6 tahun yang lalu.
Sekarang aku ingat hari itu. Enam tahun yang lalu, lebih tepatnya saat hujan deras dan tidak ada yang menjemputku sepulang sekolah, ditambah lagi uangku habis. Beberapa teman di kelasku memang ada yang rumahnya satu arah denganku, tetapi aku tidak dekat dengan mereka, jadi tidak berani meminta tumpangan. Alhasil, aku memutuskan pulang jalan kaki, hujan-hujanan.
Hujan mengguyur amat deras. Awalnya, kupikir tidak akan ada petir dan angin kencang, namun justru sebaliknya. Hujan yang deras ditambah awan gelap, petir menyambar beberapa kali disertai angin yang menyapu tubuh basahku. Benar-benar suasana yang mengerikan.
Terlihat jembatan gantung di atas sana. Aku bergegas menuju jembatan gantung yang sepi itu, tadi hanya ada satu orang yang lewat.
Duar!
"Aaaa!!!" teriakku saat tiba-tiba suara petir menyambar dari atas sana.
Menunduk sejenak dengan tubuh gemetar, aku lantas kembali melanjutkan langkah untuk menyeberang melalui jembatan gantung itu. Hingga tiba-tiba mataku menangkap pandang seorang cowok dengan seragam SMP. Bocah SMP itu terlihat basah kuyup, sepertinya dia kehujanan juga. Namun, bukan itu yang menarik perhatianku, melainkan wajah sendunya dan tatapan kosongnya yang mengarah ke jalan raya di bawah sana.
Bocah SMP itu mengangkat kakinya dan mencondongkan tubuhnya ke arah bawah dengan mata yang tak lepas menatap jalanan di bawah sana. Kedua kakinya mulai naik ke pinggiran jembatan, dengan tangan yang memegang besi pinggiran jembatan itu. Menyadari apa yang hendak bocah SMP itu lakukan, aku langsung berlari ke arahnya.
"STOP!"
Dengan cepat aku menarik tangannya, membuat tubuh kami jatuh dan menimbulkan bunyi.
Bruk!
"Kamu gila, ya?!" seruku.
Aku tak peduli dengan posisiku yang berada di bawah bocah itu. Sepertinya dia terkejut dengan tindakanku, namun tak berlangsung lama, karena setelahnya bocah itu berdiri dengan tergesa.
"Siapa lo?! Nggak usah ikut campur!" bentak bocah itu dengan mata memerah. Entah karena amarah menguasainya atau bocah itu habis menangis.
Aku beranjak berdiri dan berkacak pinggang, menatap bocah itu yang jauh lebih pendek dariku. "Mau ngapain? Loncat ke bawah sana? Kamu nggak mikir kalau di luar sana banyak orang yang ingin hi--"
"Bacot!"
Mataku melotot saat melihat bocah itu hendak melakukan hal yang sama, loncat dari atas jembatan ini. Apa yang membuatnya sampai begitu ingin mengakhiri hidupnya?
"Jangan aneh-aneh! Turun!" seruku sambil menarik tangannya. Untungnya, bocah itu lebih kecil dariku, jadi tenaganya masih jauh di bawahku.
"Lepasin tangan gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped by Berondong (On Hold)
Romance(Jangan dibaca dulu. Proses revisi ditunda. Dilanjut setelah cerita "Stuck with You" selesai). "Aku mau kamu, Mbak!" Satu kalimat itulah yang menjadi awal dari kisah baru Ayana. Ayana Maharani (22 tahun), mahasiswi semester 6 yang tengah disibukkan...