Bab 33 - Dipta vs Irfan

127K 5.2K 241
                                    

Udah sebulan lebih nggak sih? Baru update. Untung ada yang ngingetin, jadi gue tau ada yang nungguin😂

Akhir-akhir ini kurang semangat ngelanjutin punya Dipta, mungkin karena cerita lama jadi agak bosen, apalagi harus direvisi. Tapi ini kemauan gue sendiri sih untuk ngerevisi.

Happy reading! Semoga gue ada mood bagus buat lanjutin cerita ini lebih cepet, hehe.

⚠️Warning! Bab ini mengandung konten dewasa.

Aku sudah seperti zombie, ternyata punya masalah percintaan dapat membuat gairah hidupku menurun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sudah seperti zombie, ternyata punya masalah percintaan dapat membuat gairah hidupku menurun. Rasanya mau melakukan apapun tak ada minat. Sudah satu minggu berlalu sejak insiden aku yang menangis di depan pintu unit apartemen Dipta, dan sudah satu minggu pula Dipta mengabaikanku.

"Mbak," panggil Rizky, adikku itu berjalan masuk ke kamarku lalu duduk di tepi kasur.

"Hm?" sahutku, tak minat.

"Lo akhir-akhir ini kenapa deh? Pusing ngerjain skripsi?"

"Hm," sahutku sekenanya.

"Kalau gitu ikut gue, yuk! Pasti habis ini seneng, soalnya banyak makanan."

"Ke mana?"

"Ke acara ulang tahun Dipta yang ke-19."

Dipta ulang tahun? Aku langsung menoleh ke arah kalender di kamarku. Ah, benar, hari ini ulang tahun Dipta. Ikut atau tidak? Sepertinya ikut saja, ini kesempatanku untuk berbicara padanya. Dan apapun yang Dipta inginkan nanti untuk hubunganku dengannya, akan aku turuti.

"Ikut!" ucapku, semangat.

"Oke. Gue tunggu, lo ganti baju dulu."

Memikirkan kalau ini usahaku yang kesekian kalinya untuk kembali mengajak Dipta berbicara, aku pun akan tampil sebaik mungkin agar dia tidak menghindariku lagi. Aku membuka lemari pakaian, mencari dress yang sekiranya cocok untuk dipakai. Hingga pilihanku tiba pada dress off shoulder berwarna putih tulang.

Aku yang tidak biasanya memakai makeup sampai memakai makeup tipis-tipis. Sungguh niat sekali diriku. Setelahnya, aku mengambil tas selempang dan berjalan keluar.

Untungnya Rizky membawa mobil, jadi aku tidak akan susah karena memakai dress selutut begini. Aku menoleh ke samping, menatap adikku itu.

"Acaranya di mana?"

"Di kafe-nya Dipta."

Ngomong-ngomong soal kafe milik Dipta, aku belum pernah mengunjunginya lagi sejak pertama kali menuju ke sana. Bagaimana kira-kira kondisinya sekarang?

"Oh, iya!" pekikku, teringat sesuatu. "Gue nggak bawa kado!"

"Santai aja, pasti nggak ada yang bawa kado. Dipta cuma ngajak makan-makan bareng."

"Tapi, gue boleh masuk nggak, ya?" tanyaku. Bagaimana kalau Dipta mengusirku dan tidak memperbolehkanku turut serta?

"Bolehlah. Dipta sendiri yang bilang katanya kalau mau ngajak temen atau saudara atau siapapun itu boleh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trapped by Berondong (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang