Prolog

5.4K 394 5
                                    

Aku Olivia Heavenstone. Aku punya segalanya. Ibu yang cantik ? Ayah yang tampan? Kakak yang penyayang?

Aku bahkan punya tiga orang kakak laki-laki. Mereka kembar dan beda 5 tahun denganku. Saat ini aku berumur 7 tahun. Aku sudah bisa membaca, menggunakan crossbow, menghafal 120 strategi perang dan menghafal nama-nama tanaman obat.

Ibu tidak memaksaku untuk belajar etiket seperti anak perempuan seumuranku. Ia membebaskanku. Bahkan sekarang aku sedang menatap pria dewasa menyebalkan yang mengabaikanku.

"Paman.. kau benar-benar tak mau main denganku? Aku sudah membawa biji bunga matahari". Ajakku pada paman tampan berambut pirang.

Ia sibuk dengan berbagai dokumennya.

"Tanam sendiri Oliv. Cara mendapat kepuasan dari panen bunga adalah menanamnya sendiri, merawatnya lalu memetiknya." Jelas paman Zen.

Aku mendecih. Lalu aku berguling di sofa menahan kekesalanku.

"Kan ada sihirmu... kalau menunggu panen aku bisa keburu tua!" Teriakku.

Paman Zen mendengus. Ia menghampiriku dan menggendongku.

"Bocah nakal. Kenapa kau tidak main Crossbow saja dirumah Dimitri?".

Ia membawaku ke taman bunga. Tempat favoritku.

"Tidak mau. Paman Dimitri kan miskin. Coklat disana tidak enak". Ketusku.

Paman Zen menurunkanku dan mengulurkan tangannya. Aku menyerahkan biji bunga matahari.

Ia menaburkannya dan mengeluarkan sihirnya. Pohon bunga matahari muncul dan tumbuh dengan ajaibnya. Lalu bunga itu mekar sebesar kepalaku.

"Sudah kan? " tanya Paman padaku. Aku mengangguk.

Saatnya memetik bunga-bunga!

Aku menghela nafasku. Bocah perusuh yang tiap hari datang padaku. Awalnya aku tak menyukainya. Wajahnya persis Regis versi anak perempuan. Tapi sikapnya mirip dengan Slavia.

Wanita yang pertama membuatku jatuh hati. Wanita pertama yang menolaku. Entah sudah berapa tahun berlalu. Aku tak menua karena aku keturunan Druid.

Semenjak kejadian di kekaisaran timur. Aku menyenbunyikan traumaku terhadap wanita. Aku mulai paham seperti apa perasaan Slavia saat aku menyentuhnya tanpa kemauannya.

Itu menjijikan.

Si jalang Mei yang sekarang sudah mati benar-benar masih hidup dalam mimpiku. Menghantuiku dan membuatku mimpi buruk. Bagaimana saat ia menyentuhku rasanya seperti tenggelam dalam kubangan penuh serangga dan kelabang.

Sejak saat itu, aku menjauhi kontak dengan wanita manupun. Aku membencinya sampai rasanya aku mual. Sekilas aku teringat pertama kali bocah itu menyentuhku.

"Slavia kenapa anak perempuanmu menggigitku?" Ujarku pada Slavia saat rapat Dewan di kekaisaran.

Slavia langsung mencari anak perempuannya. Ia menghampiriku dan menarik Olivia yang menggigit lenganku. Saat itu Olivia masih berumur 4 tahun.

"Oliv.. kau tidak boleh menggigit orang". Larang Slavia dengan nada halus.

"Mama.. dia wangi bunga". Ujarnya menunjuku.

Aku sontak mengendus tubuhku. Aku tak ingat kapan aku menyemprotkan parfum bunga. Ayolah.. memangnya aku pria macam apa?

Slavia mengerutkan keningnya. Ia menunduk meminta maaf padaku.

"Maafkan anaku Marquis. Dia memang nakal".

Aku tersenyum kecil. Yah.. itu pertama kalinya ada perempuan yang tidak membuatku terganggu selain Slavia.

Kedekatan kami berlanjut. Semakin hari tubuhnya semakin besar. Otaknya pintar dan dia cukup licik untuk seorang bocah. Ia bahkan mampu mengalahkan tiga kakaknya yang mewarisi kekuatan Regis dan Slavia.

Semua baik-baik saja. Aku menganggapnya seperti anaku sendiri. Hingga ia berumur 10 tahun.

Aku dengan jelas melihat iris matanya menghitam.

Aku mengenyahkan semua hal bodoh itu di otaku. Hingga ia tiba-tiba memeluku dan mengendus punggungku.

"Paman... baumu mirip vanilla dan mint. " ujar Olivia yang saat ini mulai aneh. Juga muncul tanduk di kepalanya.

"Paman.. ada tanduk di kepalaku.". Ujarnya yang mulai menangis.

Sialan. Aku benar-benar dalam bahaya.

Aku harus mencari cara menyegel anak di depanku sebelum ayah dan ibunya pulang.

CURSED GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang