Chapter 30 : Fire Lily

891 97 10
                                    

Terlepas dari segala masalah yang dilakukan Putra Mahkota, aku tak menyangka kalau Ratu bisa sekejam ini pada anaknya.

Lili api

Itu adalah kutukan yang digunakan kaum Druid dengan sihir iblis. Lili api adalah jenis kutukan yang cukup rumit. Kutukan untuk membunuh atau meracuni lebih sederhana, tapi ini adalah jenis kutukan yang membuat objeknya tetap hidup dikendalikan.

Orang yang terkena kutukan ini bahkan tak bisa berbicara sembarangan, atau ia akan merasakan sakit yang amat mengerikan. Apakah ini penyebab kenapa Dios selalu bertentangan dengan kami?

Paman Zen dulu mengajariku banyak hal mengenai kutukan-kutukan yang di lakukan oleh berbagai makhluk. Umumnya kaum Druid menamai kutukan mereka dengan nama bunga. Roses kutukan yang menyegel mana. Oleander kutukan yang membuat seseorang mati membusuk, atau Fire Lily (Lili api). Diantara semua itu adalah Lily api dan Oleander adalah kutukan tingkat tinggi yang hanya bisa dilakukan apabila syaratnya terpenuhi.

Salah syaratnya adalah, darah iblis murni.

Ini cukup masuk akal. Keluarga Kekaisaran jelas memiliki darahku yang merupakan pemilik jiwa iblis murni. Tapi ini mustahil.

Paman Zen saja ia hampir mati dan kehilangan mananya ketika menggunakan kutukan Roses yang menyegel kemampuan ibuku. Itupun dengan bantuan ayahku yang setengah iblis. Jelas di Kekaisaran tak ada yang punya kekuatan seperti mereka. Jumlah darah yang mereka miliki juga seharusnya tidak mencukupi ritual tersebut.

Kembali pada kenyataan, aku menatap lambang itu. Dios tak mengatakan apapun. Mungkin kutukan itu tak mengijinkannya.

"Aku bisa melepasnya untukmu" Ujarku.

Dios terdiam.

"Jangan membual. Tuan Jeremy dan Marquis Greenleaf saja tak bisa melakukannya" Gumamnya.

Apa? Jadi si tua bangka itu dan paman tahu?

"Kapan kau bertemu mereka? "

"Sebelum perang dimulai" Ujarnya sambil mengenakan bajunya kembali.

Ia kembali duduk di sofa, lalu menyilangkan salah satu kakinya. Ia menatapku datar.

"Jadi.. Apa yang akan kau lakukan Olivia? Yah.. Kalau kau mau bermalam denganku sehari saja, aku bisa mempertimbangkan untuk memberikan nyawaku mungkin?"

Aku tak menjawab. Apa dia bermaksud memberontak pada pemberi kutukan itu demi membantuku walau konsekuensi nya adalah kehilangan nyawa?

"Ketika kutukan itu bekerja, gejalanya seperti ada yang meremas organ dalam mu. Aku bisa menahannya selama sehari dua hari, lalu mati."

Aku mendengus. Lalu duduk di kursi yang bersebrangan dengannya. Tersenyum manis, namun sedikit meremehkan.

"Sayang sekali, kau bukan tipeku Yang Mulia. Tapi, aku punya tawaran yang lebih menarik"

"Apa itu? Apa kau akan menciumku dengan ganas? Memainkan lidahmu di mulutku dan mem-"

"Hentikan mulut cabulmu sialan. Apa hanya ada urusan ranjang di otakmu hah? " Aku mulai meninggikan suaraku.

Brak!

Dio menggebrak meja, dan mengurungku dengan kedua tangannya. Tatapannya tak lepas sesentipun dari mataku. Ia menaikan kedua ujung bibirnya dengan nakal.

Orang gila tetaplah gila.

"Pftt... Kau sangat cantik saat marah. Wajahmu jadi jauh lebih menggoda. Haruskah aku menciumu dengan paksa? Tapi, aku masih mau hidup" Bisiknya di telingaku.

Aku menarik kerah kemejanya, lalu membanting dan menindihnya di bawah tubuhku. Aku membuat Dios tengkurap dengan posisiku yang mengunci kedua tangannya.

"Kalau begitu berjuanglah untuk hidup dasar gila! Kubilang aku bisa melepas kutukan itu, bukankan itu alasannya kenapa kau terus menggangguku hah? " Ujarku kesal.

Dios terdiam. Yah, ketika pertama kali ia melihat kemampuanku di istana Kekaisaran, ia mulai terobsesi dengan kekuatan ku. Ia bahkan tak bisa mengatakan kutukan itu karena aku selalu menolak mendekatinya.

"Lalu apa bayarannya? Jika kau menyuruhku untuk tak muncul lagi dihadapanmu, aku tak mau. Bunuh saja aku" Ucapnya dengan keras kepala.

Aku mengerutkan keningku. Aku ingin membantunya karena dia berguna. Kenapa dia berfikir begitu? Walau aku membencinya, aku tak bisa melibatkan perasaan pribadiku dalam hal keselamatan manusia.

"Sumpah kerajaan. Aku ingin kau memutuskan sumpah keterikatan Heavenstone dengan keluarga Kekaisaran"

"Haha, itu harga yang mahal kau tahu"

Aku menarik rambut kepalanya ke belakang. Lalu mengencangkan kuncianku pada tangannya.

"Itu harga yang sepadan. Selama ini keluargaku kesusahan karena sumpah sialan itu"

"Lalu apa jaminannya kalau Heavenstone tak akan menusuku dari belakang? "

"Karena Roem membutuhkan kaisar, kami hanya ingin terbebas. Kau tahu seberapa menderitanya hidup dalam kekangan. Jadi.... Bagaimana? " Tawarku.

"Baiklah, aku menerimanya"

"Jadi bagaimana caranya melepas ikatan perjanjian antara Keluarga kaisar dan Heavenstone? apa aku harus memanggil semua Heavenstone?"

Dios menggeleng, "Tidak perlu. Cukup kau sendiri saja. Untuk melepasnya kita harus ke altar perjanjian di Redland. Permasalahannya kita mungkin akan kehilangan kesadaran beberapa jam. Sedangkan di sana adalah wilayah yang di invasi oleh monster. Kita tak bisa membawa Sirius atau ketiga kakak mu. Mata-mata kekaisaran mengawasi." Jelas Dios. Aku hanya menyeringai.

"Apa menurutmu aku tidak memperhitungkan hal itu?"

Ia mengerutkan keningnya, sedangkan aku mengeluarkan gulungan surat dari paman Zen. Ya, Baik Paman Zen, si tua bangka Jeremy maupun Duke Deon Silverstein sudah menunggu di sana sesuai rencana.

Walau aku baru tahu fakta Dios yang terkena kutukan, sedari awal aku memang berniat berkumpul di sana untuk bertemu terkait lokasi pencarian dimana kiranya portal ibuku akan dibuka.

"Bukankah mereka jauh lebih dari cukup?"

"Pft.. Ahahaha... kau benar-benar menjebaku. Pantas saja tak ada satupun dari mereka yang merespon perintah kekaisaran. Kukira karena mereka berniat berkhianat."

Aku mendesis sinis padanya.

"Jaga mulut omong kosongmu itu. Jangan buang waktu lagi, kita berangkat".

CURSED GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang