"Selene... setelah kau menerima surat itu, kau paham kan? Dios tak layak untukmu". Omel Xane.
Selene menunduk. Ia mengangguk ragu. Sedangkan Olivia hanya terdiam membisu.
Lagi-lagi aku menyakiti orang sekitarku. Batinnya berbicara.
Mengeluhpun tak ada artinya. Akhirnya Olivia memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tak punya pilihan selain mengesampingkan egonya dan meminta tolong pada salah satu kakaknya. Duke Xavier.
Baron Dimitri lebih berpengalaman dalam perang, formasi militer tentu akan menaruhnya di barisan depan bersama kakaknya.
Permasalahannya adalah Selene. Dilihat dari manapun Selene cukup lemah dalam bertarung. Ia tak bisa menggunakan sihir penyembuhannya seluwes ayahnya. Hal yang di khawatirkan Olivia adalah, bagaimana kalau seseorang memanfaatkan darah Selene seperti sapi perah?
Walau Selene tak mahir dalam perang, darahnya elf sangat luar biasa kemampuannya hingga dilarang oleh kekaisaran. Bukan hanya menyembuhkan luka luar, tapi juga menambah mana sihir dalam jangka waktu yang lama. Melihat bagaimana sikap Selene, ia pasti akan memberikannya dengan mudah pada siapapun yang memintanya.
"Selene... berjanjilah pada kita.. jangan pernah gunakan darahmu. Kau mengerti?" Tanya Olivia sambil memegang kedua tangan Selene.
Sirius juga ikut merangkul Selene dan mengusap punggungnya lalu berkata, "Kau.. sangat berharga bagi kami. Jika kau tak bisa memenangkan pertarungan, larilah dan selamatkan dirimu. Oke?"
Mata Selene berkaca-kaca. Selama ini Olivia dan Sirius selalu di sampingnya. Juga Xane Heavenstone.
"Terima kasih... aku tak akan memberikan darahku pada siapapun. A-aku akan berusaha kembali" Jawab Selene penuh haru. Olivia mengeluarkan tabung ampul dan menimbun air mata Selene di dalamnya.
"Hey... jangan menangis, air matamu berharga. Kalau dijual ini pasti mahal" bisik Olivia.
Plak!
Xane langsung menepuk belakang kepala Olivia.
"Apa kau monster kapitalisme? Bisa-bisanya memanfaatkan keadaan begitu!" Seru Xane yang kesal pada adiknya.
"Aku hanya berpikir logis. Kita akan membutuhkannya. Kau tak keberatan kan Selene?"
Selene terkekeh pelan. Seperti biasa, pertengkaran kedua adik kakak itu selalu membuatnya tertawa.
"Hm.. tunggu aku kembali. Aku akan memberikan air mata haruku sampai kering padamu!" Ujar gadis berambut merah bata itu.
Melihat Selene kembali tersenyum, Xane diam-diam ikut tersenyum. Lalu ia mengeluarkan liontin yang ia pakai di lehernya. Memberikannya pada Selene.
"Pakailah ini... kau hanya perlu mengatakan 'Xane Heavenstone si penyihir yang tampan, dengarlah aku' lalu, sihirnya akan aktif. Saat itu, aku bisa mendengar dan tahu keberadaanmu dimanapun". Jelas Xane. Selene menerimanya dan berterima kasih.
Olivia hanya mendengus dan memutar kedua bola matanya. "Apa kau sebegitu percaya dirinya sampai menaruh mantra dengan namamu sendiri? Menggelikan. Kalau aku sih lebih baik menjahit mulutku dari pada harus memuji mu" komentar Olivia.
"Ha? Memangnya aku butuh pujian darimu? Itu kan artefak buatanku. Kenapa kau yang ribut?"
"Kalau begitu buatlah artefak pengganda uang! Kau bisa membuat barang begitu tapi selalu kalah dalam judi. Dasar payah!"
"Sudah kubilang itu karena Putra mahkota yang terlalu pandai berjud-ups!"
Wajah Xane seketika memucat. Ia menutup mulutnya sendiri. Di depannya Olivia menunjukan wajah yang amat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSED GIRL
RomanceAwalnya semua tampak membosankan. Ayahku seorang Duke, ibuku punya banyak naga dan aku punya tiga kakak pria yang sangat kuat dan melindungiku. Aku juga punya banyak paman yang menyukaiku dan aku paling menyukai paman Zen. Dia kaya. Dia pria dingi...