Chapter 19 : Pain

1K 113 9
                                    

Tiga tahun yang lalu...
.
.
.

Kekaisaran Roem memiliki tradisi perayaan debut bersama bagi para bangsawan. Acara tersebut diadakan untuk mempererat hubungan antar keluarga kekaisaran dan bangsawan.

Setiap tahunnya diadakan acara debut para remaja di Istana kekaisaran. Persyaratannya adalah berasal dari keluarga bangsawan, berumur 15 tahun dan tentu saja uang.

Waktu itu umur yang sempurna bagi Selene untuk debut. Ia menginjak 17 tahun, Olivia 15 tahun dan Sirius 21 tahun.

Disisi lain, acara tersebut juga di jadikan ajang untuk membuat relasi dalam melebarkan sayap-sayap kekuasaan. Militer, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.

Bagi Selene yang tinggal di wilayah kecil bagian barat Garanhir, debut di istana hanyalah mimpi. Wilayah yang dikuasai oleh ayahnya adalah wilayah yang memiliki penghasilan dari penjualan hasil panen kebun  buah-buahan dan prajurit bayaran.

Kala itu, panen banyak yang gagal. Para ksatria berjaga karena musim dingin ada lebih banyak binatang buas yang menyerang pemukiman. Ia tak mungkin merengek pada ayahnya hanya untuk debutnya seorang.

"Selene, debutlah. Aku akan meminta tolong paman Zen untuk biayanya. Tahun depan aku sudah bisa punya gaji, kurasa." Ucap Olivia dengan mudahnya.

"Uhuk!!" Selene seketika tersedak teh nya sendiri.

"Oliv... kau tahu aku tak bisa membayarnya. Biayanya sangat mahal. Aku juga tak punya gaun bagus. Aku.. tak terlalu ingin debut" Tolak Selene dengan halus.

Sirius memutar bola matanya. Ia mengangkat buku diary milik Selene lalu menyimpannya di meja. Selene langsung merebut buku tersebut dan memeluknya. Wajahnya memerah.

"Sirius!! kenapa kau mengambil diary seseorang? itu tidak sopan tau!" Cicit Selene.

Olivia mendengus. Ia memukul belakang kepala Selene dengan ujung pedangnya.

"Tidak sopan matamu! Kau menaruh sembarangan di luar sana" sahut Olivia sambil menunjuk halaman kediaman Axios.

Selene mengusap belakang kepalanya. Ia malu setengah mati. Isian buku tersebut adalah rincian impiannya untuk debut di kekaisaran. Memakai gaun impiannya, hasil desain sendiri. Kue resep sendiri, juga yang paling ia impikan adalah berdansa dengan putra mahkota Dios.

Ah... membayangkannya saja membuatnya melayang.

Ketika Olivia dan Sirius membacanya, keduanya hampir muntah membayangkan khayalan Selene yang menurut mereka menggelikan.

"Selene, cepatlah sadar. Apa kau pikir aku membenci si merah itu hanya karena tragedi itu? Lihatlah sekarang! Aku beberapa kali melihatnya keluar masuk di rumah bordil. Bukahkah dia baru berumur 17?"

Sirius mengangguk lalu mengerutkan keningnya. Lantas ia menjawil telinga Olivia.

"Hei bocah. Kau baru berumur 15 tahun tapi sudah melihat rumah bordil? Kau mau ku adukan pada Marquis?"

"A-akh! Aku hanya kebetulan lewat! Mana mungkin aku masuk! Lepas!" Ringis Olivia menepis tangan Sirius.

"Aku tak bisa menyalahkan perasaanmu. Tapi, kau harus siap dengan konsikuensinya Selene. Kau masih muda untuk mengenal cinta. Kau tahu? Kita bisa melindungi mu dari luka fisik, tapi luka dalam hati? "

Sirius mengelap anak panahnya. Sedangkan Olivia memakan Apelnya. Selene masih menghaluskan obat herbal yang akan ia oleskan di kaki Oliv dan lengan Sirius.

"Aku tau. Aku juga siap dengan segala sakitnya. Tapi.. Elf hanya jatuh hati pada satu orang seumur hidupnya. " Sangkal Selene sambil membalut luka kedua sahabatnya. Olivia meledek ucapan Selene.

CURSED GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang