Chapter 22 : Bad News

1.1K 148 12
                                    

Menjelang petang Olivia dan kedua kakaknya tiba di wilayah Leafrost. Tepatnya di mansion Silverstein. Sebelum kedua orang tuanya pergi, keluarga Heavenstone sering kali berkunjung disana. Wilayah Leafrost adalah wilayah yang pernah di pimpin oleh ibu mereka sebelum di berikan pada Duke Deon Silverstein.

Tiba di perpustakaan Leafrost, Olivia langsung melempar Xander yang dipapahnya. Ia sesekali mengurut bahunya yang kebas. Bagaimana tidak? Sepanjang jalan selama mengendarai Vy, sin aga putih paling besar milik Xane, Xander menumpukan tubuhnya pada adik perempuannya yang duduk di belakangnya.

Walau Xander terkenal dengan sebutan Duke paling bijaksana, tampan, kompeten dan adil, kenyataannya ia satu-satunya anggota keluarga Heavenstone yang tidak tahan mengendarai naga. Xander masih memulihkan kesadarannya sehabis mabuk sedangkan Olivia dan Xane mulai mencari petunjuk mengenai buku yang pernah di baca ibunya.

"Oliv, jelaskan padaku seperti apa bukunya?" Tanya Xane sambal memilah buku-bulu lama milik ibunyaa.

"Seingatku dia punya sampul... hitam?" jawab Olivia setengah ragu.

Xane menggigit bibirnya dengan gemas. Ia menatap Olivia seolah wajahnya berkata, 'Kau bercanda?'

"Ada banyak buku dengan sampul hitam disini. Ayolah... pasti ada lambang atau apapun yang jadi petunjuk khusus..." keluh Xane.

Olivia berfikir keras. Ketika ia masih kecil, ia ingat sebelum darahnya di ambil, ibunya membaca sebuah buku seharian penuh. Buku dengan sampul hitam. Memang ada lambangnya, namun ia lupa seperti apa pola tepatnya.

"Xane.. yang ini sampulnya coklat. Apa kau buta warna?" gerutu Olivia Ketika menemukan buku bersampul coklat gelap.

"yang penting kan ada hitamnya" sahut Xane yang tak terima di salahkan. Padahal, memang Xane lah yang salah menyortir buku.

"Sudah kubilang hitam semuanya!! Hanya lambangnya berwarna merah. Udang saja punya otak, kenapa kau tidak?"

"Semakin hari semakin bawel saja. Kau sudah cocok jadi nyonya-nyonya dengan tahi lalat di bibir. Tak lupa dengan kipas warna magenta, aku akan membelikannya untukmu supaya lebih menjiwai seorang biang gosi-"

Buk!

Olivia sontak melempar buku dan menghentikan ledekan Xane padanya. Lagi pula sejak kapan seorang Olivia menjadi penggosip? Teman saja hanya ada Sirius si tukang berkeliaran dan Selena si kutu buku. Dunia akan kiamat jika tiba-tiba dirinya berkumpul dengan gemas bersama para lady.

Olivia menelusuri semua buku bersampul hitam yang sudah di sortir oleh Xane. Ia berusaha keras mengingat sampul tersebut. Buku itu pasti berkaitan dengan iblis, portal ketiga dan kutukan atau sihir hitam.

Xander yang baru saja memulihkan kepalanya berjalan menuju Olivia. Ia menatap Olivia dengan dalam. Selama ini ia terlalu lama jauh dari kedua adiknya. Baik Olivia maupun Xane. Kepergian kedua orang tuanya membuat keempat bersaudara itu terpisah satu sama lain. Siapa yang mengira mereka akan kembali berkumpul di perpustakaan milik ibunya dulu. Sama seperti oetika mereka kecil.

Olivia yang mulai pusing mencari buku, Xane yang kesal dan sesekali dengan asal mengeluarkan buku. Bahkan pertengkaran keduanya tak berubah sejak dulu. Pemandangannya mengingatkannya pada masa-masa ketika mereka bersama. Xander yang membaca buku dengan serius. Olivia yang mengacak-ngacak buku dan Xane yang menjahilinya. Tanpa sadar, air mata keluar dari iris merah Xander.

Pertahanannya runtuh. Ia amat merindukan momen kebersamaan itu. Tujuh tahun berusaha acuh dan melupakan semuanya. Berfokus pada tugasnya sebagai penerus. Membuatnya lupa bahwa keluarga yang ia punya.. lebih berharga dari apapun di dunia.

Bagaimana caranya aku memperbaiki ikatan yang hancur?

Air matanya yang jatuh tak sengaja menimpa ke tangan Olivia yang sedang memilah buku di lantai. Olivia pun mendongak. Melihat wajah kakaknya yang selama ini selalu dingin, mati-matian menahan isak tangisnya. Matanya berkaca-kaca. Pipi dan hidung pucatnya memerah.

CURSED GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang