Chapter 5 : Awakening

2K 207 2
                                    

Olivia membungkuk di depan Duke muda Xander. Memberi salam dan selamat atas resminya Duke Xander menyandang nama Leafrost. Deon Silverstein sebelumnya adalah tangan kanan ibunya, Slavia Lefrost. Selain itu wilayah Leafrost dulunya adalah wilayah yang di pimpimm ibunya.

"Selamat atas resminya anda menjadi pewaris Leafrost, Duke Xander" Kata Marquis Zen dan Olivia.

Duke Xander mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada keduanya.

"Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk hadir, Marquis Zen dan.. kamu juga. Oliv".

Xander menatap Olivia dengan tatapan mendalam. Namun, Oliv mengacuhkannya. Marquis Zen merasa keduanya perlu berbicara sehingga ia undur lebih dulu.

"Oliv, aku masih punya urusan dengan Viscount Leon. Kau.. berbincanglah dulu dengan kakakmu"

"Tidak.. aku mau langsung ke kantor perserikatan. Duke Xander, saya mohon undur diri-"

"Olivia!" Duke Xander berseru. Ia menahan lengan Olivia, lalu menatap Marquis Zen.

Marquis Zen menunduk dan berpamitan. Meninggalkan Olivia yang kesal setengah mati. Duke menarik Olivia ke kamar pribadinya dengan kamar tergesa-gesa.

"Lepas!" Olivia menarik lengannya dengan kasar.

"Sampai kapan kau marah padaku? Pada Xavier? Kau bukan lagi Olivia yang berumur 10 tahun. Sebentar lagi kau akan debut di dunia social. Pilihlah salah satu dari kami. Aku, Xavier atau Xane."

Olivia menyandarkan tubuhnya ke daun pintu. Ia bersidekap sambil mendengus. Mengangkat ujung bibirnya, menyeringai.

"Kenapa aku harus memilih salah satu dari kalian?"

"Kau membutuhkan wali dari keluargamu sendiri Olivia. Sampai kapan kau akan membebani Marquis Zen?"

"Tidak. Aku tak butuh wali. Asal kau tahu, aku menyelesaikan 70% pekerjaan paman Zen. Upahku sudah lebih dari cukup untuk hidup di ibukota. Apa kau masih berpikir aku adalah beban? Seperti tujuh tahun yang lalu?"

Duke Xander menelan ludahnya sendiri. Ia tak bermaksud mengatakan Olivia adalah beban. Ia hanya ingin Olivia kembali padanya. Seperti dulu, sebelum kepergian kedua orang tua mereka.

"Olivia, kenapa kau sangat keras kepala? Leafrost adalah wilayah yang di wariskan ibu untuk kita. Tinggalah disini.." Duke Xander memegang kedua bahu Olivia, namun olivia lagi-lagi menepisnya.

"Warisan? kau berbicara seolah ayah dan ibu sudah mati saja"

"Sudah tujuh tahun berlalu. Sadarlah! Ayah dan Ibu sudah tak ada!" Duke Xander mulai kehilangan ketenangannya. Ia mulai meninggikan suaranya.

"Ibu kita akan kembali. Begitupun dengan ayah. Aku akan tetap menunggu. Kediaman Greenleaf adalah yang terdekat dari altar. Aku.. akan tetap disana. Maaf" Olivia tetap menolak ajakan Duke Xander untuk kembali padanya.

Dengan berat hati, Xander melepas cengkramannya pada Olivia. Mata merahnya menatap tajam adik bungsunya. Ia berbisik pelan yang membuat Olivia semakin kesal dengan Kakak kandungnya itu.

"Olivia, Kau.. tak bisa lari dari Heavenstone. Karena kau bagian dari Heavenstone". Bisik Duke Xander seraya meninggalkan Olivia sendiri.

Olivia menggigit bibirnya kesal. Tidak, sampai kapanpun ia tak akan hengkang dari kediaman Greenleaf sampai kedua orang tuanya kembali. Sekalipun harus jadi penjaga kandang kuda, ia tak akan pernah pergi dari wilayah itu.

Setelah perdebatan tersebut, tiba waktunya pelantikan Duke Xander Leafrost. Beberapa bangsawan terdahulu seperti Viscount Axios, Baron Dimitri, Penyihir Agung Jeremy dan Duke Deon Silverstein ikut menjadi saksi bagaimana seorang Xander Heavenstone naik tahkta menjadi Xander Leafrost.

Kaisar Floyd juga mengumumkan secara resmi pewaris Leafrost selanjutnya adalah Duke Xander. Kaisar mengangkat Xander bukan hanya karena Xander adalah putra dari Slavia, keponakannya. Namun kemampuan Xander yang merupakan Halfblood sangat di takuti oleh para pemberontak.

Sama seperti saudara kembarnya, Xavier Heavenstone. Sepak terjangnya di dunia politik dan militer tak ada yang bisa menandingi tropi yang pernah ia dapatkan. Jika Duke Xavier Heavenstone berperan penting di bidang pertahanan negara, maka Duke Xander memegang kendali atas semua ketertiban hukum dan masalah internal negara.

"Dengan hari ini, sebagai kaisar, aku menyatakan bahwa Duke Xander resmi bertanggung jawab atas semua keamanan, ketertiban dan penegak hukum di Kekaisaran Roem. Sebagai perayaan, mari bersulang" Kaisar Floyd mengangkat gelasnya dan diikuti oleh beberapa petinggi.

Jujur saja, walau masih terikat keluarga Olivia tak terlalu menyukai paman dari ibunya itu. Dimatanya, Kaisar Floyd tak lebih dari ular licik yang melilit apapun yang ia inginkan. Walau kinerjanya memimpin luar biasa, ia selalu menekan pihak manapun yang menentangnya.

Saat ini, di ruangan tersebut hanya tersisa keluarga dan kerabat yang ada. Baru saja Olivia beranjak pergi menuju menghampiri pamannya, tiba-tiba Kaisar membuat pengumuman yang mengejutkan.

".. Karena putri bungsu mendiang Duchess Slavia, sang pahlawan Roem sudah mulai memasuki usia dewasa. Maka hak walinya akan di pindahkan pada keluarganya sendiri. Apa kau keberatan, Marquis Zen?"

Hampir saja Marquis Zen memuntahkan apa yang ia makan barusan. Kenapa Floyd tiba-tiba membuat pengumuman resmi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu padanya?

Matanya mencari kemana Olivia berada. Ia melihat dengan jelas bagaimana marahnya gadisnya itu.

Jujur saja, ia bisa saja menolaknya. Sedari awal Floyd bisa sampai menjadi Kaisar berkat sokongan perusahaan Greenleaf. Namun, rumor akhir-akhir ini tidak baik.

Seorang gadis beranjak dewasa yang tumbuh di rumahnya, siapapun selalu curiga dengan hubungan mereka. Alasan utama kenapa Olivia di mansion nya adalah karena darah druid mampu digunakan segel sementara untuk kebangkitan apa yang tersembunyi dalam tubuh Olivia.

Selain itu, ia yang paling tahu. Betapa besarnya harapan Olivia menunggu kedua orang tuanya kembali dari dunia iblis. Kediamannya adalah yang paling dekat dengan altar. Tempat kedua orang tuanya kembali jika masih hidup.

"Saya tidak keberatan, Yang Mulia" jawab Marquis Zen.

Olivia sontak menatap pamannya. Ia menggertakan giginya.

"Baiklah, Nona Olivia pilihlah.. kau bisa tinggal denganku, Duke Xavier, Duke Xander atau dengan Tuan Jeremy?" Tanya Kaisar.

Jeremy langsung menghampiri Olivia. Ia adalah guru sihir Olivia. Walau Olivia tak punya kemampuan sihir apapun, ia mengajarinya cara menekan emosi untuk menghambat kebangkitannya.

Jeremy merentangkan tangannya, melindungi Olivia dari intimidasi Kaisar.

"Yang Mulia, Olivia bahkan belum melakukan pesta kedewasaan. Biarkan ia tinggal dimanapun ia mau" jawab Jeremy.

Kaisar Floyd menyipitkan matanya, " Tuan Jeremy, aku ingin menjodohkannya dengan putraku. Tentu saja ia membutuhkan wali sahnya"

Semua tercegang seketika. Baik kedua kakak kembarnya, juga Marquis Zen. Duke Xander hampir saja melakukan protes, namun Olivia maju dan memberanikan diri.

"Saya menolaknya, Yang Mulia"

Kaisar Floyd menyeringai. Ia sudah menduganya, namun ia tak akan kehilangan akal.

"Penyelidikan portal ketiga terpaksa kuhentikan jika kau menolak"

"Bukankah kau harus menanyakan alasanku dulu?"

"Untuk apa?"

Olivia menyeringai. Ia mengangkat satu tangannya. Tiba-tiba keluar bunga mawar hitam di lengannya. Dalam sekejam ia melempar mawar itu ke dinding mansion.

Beberapa detik kemudian mawar itu merambat dan mencengkram bangunan tersebut hingga habis. Perlahan seluruh dinding di telan mawar hitam.

Mawar yang menjadi simbol bahwa kekuatannya sudahlah bangkit

"Bagaimana bisa kau memisahkanku dari Marquis Zen? Apa kau bisa menghentikan mawar itu?" Desis Olivia seraya menatap tajam sang Kaisar.

Semua orang tahu, mawar itu hanya akan berhenti dengan darah seorang Druid. Lalu keturunan Druid terakhir yang tersisa hanyalah satu orang.

Zen Greenleaf

CURSED GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang