Olivia dan Marquis Zen saling menatap satu sama lain. Dua sosok kerap kepala yang bersikeras dengan kemauan mereka masing-masing. Olivia menyilangkan satu kakinya. Baru saja ia tidur sejenak, tiba-tiba pamannya memergokinya dan hampir saja memenggal kepala sahabatnya itu.
"Aku tidak ragu mengurungmu kalau kau masih bergaul dengan bajingan itu" Ancam Marquis Zen yang melarang Olivia untuk kembali berteman dengan Sirius Axios.
"Sayang sekali, kita sudah menandatangani bisnis ekspor berlian dengan Perusahaan Axios". Sahut Olivia.
Marquis Zen mendengus. Ia menghirup kopinya dengan anggun.
"kau pikir aku akan miskin hanya dengan itu?"
Olivia menyeringai. Ayah keduanya itu sangat keras kepala. Jika ia bilang tidak maka jawabannya adalah tidak. Tapi, ia sudah menyiapkan rencana cadangan.
"Tidak, namun keuntungannya cukup besar. Selain itu, kita memang akan butuh uang yang banyak".
"Ha. Hah. Ha-ha. Aku sudah punya banyak uang. " Marquis tertawa meremehkan.
"Kalau begitu aku minta kenaikan gaji. 5x lipat!"
"Tidak masalah" Jawab Marquis Zen.
"...dan tambahkan biaya tagihan penyelidikan portal ketiga menara sihir.." tambah Olivia
"tentu sa- Tunggu, Apa maksudnya itu?"
"Kaisar menarik semua dana untuk menara sihir. Kau tau kan hutang kakakku yang satu itu sebanyak apa?"
"Itu sebabnya kau ingin memerasku? ck. Kenapa semakin hari kau jadi semakin mirip ibumu?" Gerutu Marquis Zen sambil menyalakan cerutunya.
"Aku tak akan memaksamu. Kalau kau tak mau aku tak punya pilihan lagi selain menjadi tunangan Putra Mahkota. Itu artinya.. aku harus keluar dari Serikat dagang Greenleaf..."
Marquis Zen terdiam sejenak. Jujur bisnisnya maju pesat sejak Olivia memegang kendali keuangan perusahaanya. Ia juga tak memiliki penerus.
Marquis Zen menghela nafasnya, "Baiklah.. aku menyetujuinya. Tapi ada dua syarat yang harus kau penuhi"
"Apa itu ?"
"Jangan menjalin hubungan dengan pria manapun"
Olivia menutup mulutnya. Menahan tawanya.
"Pftt.. jangan khawatir. Aku tak tertarik untuk berkencan dengan siapapun"
"Termasuk dengan putra sulung Axios. Aku akan memotong kepalanya kalau dia berani menyentuhmu" Ancam Marquis Zen.
Olivi menelan ludahnya. Ya, paman di depannya tidak main-main. Kemarin saja kalau ia tidak bangun dari tidurnya dan menahan pedang pamannya, kepala temannya sudah pasti tergeletak di tanah.
Ia tak tahu dengan alasan apa Sirius berniat menciumnya, tapi itu pasti kesalah pahaman. Olivia, Sirius dan Selene sudah tumbuh bersama. Percintaan diantara mereka akan sangat aneh rasanya.
"Aku juga tidak mengerti. Tapi itu tak akan terjadi lagi. " Olivia mengangkat cangkir coklat hangatnya.
"dan... panggil aku ayah". Tambah Marquis Zen.
Bursst!!
Olivia menyemburkan coklat hangatnya. Ia langsung mengelap cairan coklat yang belepotan di mulutnya.
"Tidak mau! Tampilan fisikmu saja tak jauh beda dengan Sirius. Kenapa aku harus memanggilmu ayah? itu memalukan " Tolak Olivia.
Ia membayangkan kejadian dimana Selene sahabat dekatnya yang juga punya ayah dengan fisik tidak menua. Selene adalah putri kandung Baron Dimitri, seorang pahlawan perang yang memiliki darah kaum Elf.
Ia mengingat jelas bagaimana para nona muda bangsawan mengira kalau Dimitri adalah kekasih Selene. Setelah tahu faktanya, urusan tak selesai di situ saja. Beberapa nona muda malah menawarkan diri mejadi ibu tiri Selene.
Aku tidak sudi senasib dengan Selene. Begitulah pikir Olivia.
"Memalukan? Apa menurutmu aku tidak cukup tampan dan kaya untuk jadi ayahmu?" Marquis Zen meninggikan suaranya.
Ia tersinggung. Bagaimana bisa putri angkat kesayangannya itu mengatakan itu memalukan?
"Bukan begitu. Aku tidak suka dikerubungi orang-orang. Sudah cukup dengan para penguntitmu. "
"Aku tak peduli. itu syarat keduaku dan kau!" Marquis Zen berdiri dan menunjuk Olivia.
"Jangan main lagi ke wilayah Axios. Jika ada rumor kau berhubungan dengan Si-Brengsek-Axios, Dios Azester akan mengincarnya juga"
Olivia memutar bola matanya. Ya... menenangkan kekhawatiran pamannya adalah prioritasnya kali ini. Ia masih bisa menyusun rencananya melalui Selene.
"Baiklah.. aku mengerti. " Jawab Olivia mengangkat kedua tangannya menyerah. Telinganya mulai kebas dengan segala omelan pria pirang yang barusan keluar.
.
.
.Di sisi lain...
"Sirius sebenarnya apa yang terjadi? Dimana Olivia?" Tanya gadis berkulit putih dengan rambut merah bata.
Bintik-bintik hitam di hidung dan pipinya agak memerah karena terkena sinar matahari. Gadis itu mengoleskan salep di pipi Sirius dengan hati-hati.
"Olivia sudah pulang. Kau tau? Umurku hampir berakhir hari ini.. ouch!" Sirius merintih.
Lemparan pedang Marquis sedikit mengenai sisi pipinya. Obat luka buatan Selene tidak main-main perihnya. Namun, itu adalah obat paling manjur yang pernah ia temukan.
"Apa yang terjadi?" Tanya Selene.
"Olivia tidur di pahaku dan Marquis Zen memergoki kami." Jelas Sirius dengan singkat.
Selene mengernyitkan keningnya curiga.
"Hanya itu saja? Aku tak yakin. Marquis Zen bukan tipe orang yang mudah marah"
Alih-alih menjawab Sirium malah menatap pedang milik Olivia yang tertinggal. Ia tersenyum menyeringai.
Melihat temannya bertingkah aneh, Selene menaikan ujung bibirnya dengan perasaan geli.
"Tak perlu di jelaskan, sepertinya aku tau kenapa Marquis marah." Ujar Selene seraya membereskan obat-obatanya.
Sirius menaikan alisnya, "hm.. maksudmu?"
"Ck! Berceminlah. Bisa-bisanya kau memasang wajah mesum sambil menatap pedang Olivia" sindir Selene.
Sirius menghela nafasnya pelahan. Ia menyandarkan tubuhnya ke pohon.
"Jadi.. ada apa?" Tanya Selene langsung.
"Kaisar Floyd.. berniat menjodohkan Putra Mahkota" jawab Sirius.
Selene langsung diam membisu. Wajahnya berubah tegang.
"Dengan siapa?"
"Olivia. Olivia Heavenstone"
Bruk!
Selene menjatuhkan tas jinjingnya yang berisi obat-obatan. Tangannya bergetar. Matanya berkaca-kaca. Nafasnya tersegal-segal.
"La-lalu... bagaimana jawaban Olivia?" Tanya Selene dengan ragu.
"Tergantung. Kau tau Olivia seperti apa. Dia hanya memilih pilihan yang menguntungkan rencananya" jawab Sirius.
Selene menunduk dalam. Ada rahasia yang hanya ia dan Sirius yang tahu. Rahasia hatinya yang bahkan Olivia pun tak tahu.
Bagi Selene, Dios adalah cinta pertamanya
.
.
.
.Jangan lupa vote and komen yup! ❤
Chapter depan mungkin flashback kenpa Oliv benci Dios juga tragedi 7 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSED GIRL
RomanceAwalnya semua tampak membosankan. Ayahku seorang Duke, ibuku punya banyak naga dan aku punya tiga kakak pria yang sangat kuat dan melindungiku. Aku juga punya banyak paman yang menyukaiku dan aku paling menyukai paman Zen. Dia kaya. Dia pria dingi...