Selene berlari tak karuan. Ia memasuki sebuah taman yang sudah tak terurus. Ia menangis, memeluk lututnya.
Sepatunya entah kemana. Kakinya penuh dengan luka sayat karena ia berlari sambil menginjak beberapa ranting tajam.
"Bagaimana... ini.. apa yang harus aku lakukan?" Lirihnya.
Ia malu pada Olivia, pada Sirius. Kecewa. Sakit hati. Marah. Kesal. Perasaannya campur aduk satu sama lain.
Apa yang dilihat Dios hanyalah Olivia. Bukan dirinya. Istana terbengkalai di Heavenstone adalah tempat dimana Olivia dan Pangeran Dios dulu sering bermain. Gadis berambut hitam legam yang tidur di pelukan pria itu juga... dari kejauhan sangat mirip dengan Olivia.
Selene memeluk dan mencakar lengannya sendiri. Ia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri. Bagaimana bisa ia sepercaya itu pada Pangeran Dios? Selene.. tak bisa lagi menyembunyikan tangisnya.
Darah yang keluar dari tubuh Selene menyebar ke seluruh penjuru Heavenstone. Saat ia sedih dan bersembunyi, biasanya Olivia yang akan pertama menemukannya. Namun, Olivia yang kecewa padanya enggan untuk hadir.
Tak lama kemudian, seseorang menemukannya. Suara kaki melangkah kearahnya membuat Selene mengangkat kepalanya.
"Oliv? Apa itu.. " ucapannya terhenti ketika melihat seseorang yang menemukannya bukan Olivia. Melainkan Xavier, kakak kandung Olivia.
"Apa yang kau lakukan disitu? Sialan.. darahmu!" Umpat seorang pria yang baru saja diangkat menjadi Duke Heavenstone muda.
"Du-duke Xavier. Ma-maafkan hamba!" Selene terburu-buru berdiri walau penuh luka di kakinya. Ia membungkuk dan menahan rembesan darah di lengannya.
Mata Duke Xavier merah menyala. Ia tanpa sadar berjalan ke taman belakang karena mencium aroma yang memabukan. Aroma hutan yang menenangkan.
Apa ini aroma yang di maksud Olivia? Gumam Duke Xavier dalam hatinya.
Selene masih menunduk karena Duke Xavier belum menginjinkannya bangun. Alih-alih menjawab, Duke Xavier malah mendorong Selene ke pohon.
"Apa-apaan ini! Kau... Kenapa aroma Elf sangat manis?" Bisik Duke Xavier yang hampir kehilangan akal sehatnya.
Ia menjilati darah yang mengucur di lengannya. Selene berusaha meronta sekuat mungkin, namun tenaga pria besar di depannya membuatnya tak berkutik.
Ia hanya pasrah tatkala jari jemari Duke Xavier mulai meremas pinggangnya.
"Bunuh saja aku.. ini... menyakitkan" Bisik Selene sambil menahan isak tangisnya.
Duke Xavier pun membeku. Ia mundur menjauhi tubuh gadis yang hampir saja ia gigit. Selene ambruk terjatuh dengan tatapan mata yang kosong. Tubuhnya lelah, pikirannya lelah.
"Ma-maaf nona. Ini diluar kendaliku" Ujar Duke Xavier dengan tangan bergetar.
Duke Xavier tak menyangka akan lepas kendali. Selain itu setelah menelan darah milik Selene, tenanganya seolah meningkat berkali-kali lipat. Selene masih terduduk memeluk lututnya dengan gemetar.
"No-nona... maafkan aku. Lukamu.. " Xavier berusaha menenangkan Selene namun tiba tiba..
Bug!!!
"XAVIER SIALAN!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA SAHABATKU!!!" Teriak Olivia sembari menendang kepala kakak tertuanya.
Selene menatap Olivia dengan haru sambil menangis. Ya... Olivia selalu menemukannya.
"Oliv... " lirihnya. Tak lama kesadarannya habis.
Olivia pun membopongnya di bahunya. Ia menodongkan pedang pada kakaknya.
"O-oliv... Ini salah paham!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSED GIRL
RomanceAwalnya semua tampak membosankan. Ayahku seorang Duke, ibuku punya banyak naga dan aku punya tiga kakak pria yang sangat kuat dan melindungiku. Aku juga punya banyak paman yang menyukaiku dan aku paling menyukai paman Zen. Dia kaya. Dia pria dingi...