Kami melakukan pengintaian monster. Sesekali ikut melakukan pembersihan. Monter terus menerus keluar dari gerbang pilar. Tak ada informasi bagaimana menutupnya.
"Sial, kenapa tidak habis-habis? " Keluhku.
Bukan hanya monster baru yang keluar dari pilar, tapi bermunculan dari berbagai arah. Apa mereka sangat menyambut kedatanganku hah?
Seiring dengan berjalannya misi, setidaknya kita mulai bisa mengkategorikan beberapa dari monster dan kelemahannya. Dua hari lagi kami harus kembali berkumpul.
"Ketua Olivia, ada pesan dari Komandan pusat. Kita harus kembali malam ini ke barak. Berikut perintahnya" Ujar salah satu bawahanku sambil membawa gulungan pesan. Jika itu dari komandan pusat, itu artinya dari Xander.
"Hm. Taruh saja. Perintahkan semua untuk mundur. Aku akan menyelesaikannya sendiri" Ujarku.
"Ke-ketua.. Apa anda baik-baik saja? Tangan anda tergores"
Sret!
Aku kembali menebas leher salah satu iblis berkepala ular. Lalu menatap tajam bawahanku.
"Pulanglah. Ikuti perintahku" Desisku.
Darahku menetes ke dalam tanah, memunculkan tanaman berduri hitam. Bisa bahaya kalau ada orang lain terkena darahku. Aku menyarungkan pedangku. Menjentikan jariku. Beberapa bangkai monster di lalap tanaman mawar rambat hitam berduri miliku.
Black roses.
Aku menamainya sesuai bentuknya. Mawar hitam berduri yang membuat apapun yang disentuhnya menjadi batu dan abu. Ini kutukan paling efektif yang bisa kugunakan saat ini. Mau bagaimana lagi, aku tak bisa mengalahkan monster hanya dengan pedangku saja.
Mari berkumpul di air terjun Armenia. Rahasiakan dari siapapun.
Xander
Aku membersihkan diriku di lokasi pertemuan dengan diam-diam. Saat ini posisi kami mengintai monster dan berpencar. Xander kearah selatan, aku utara dan Xane ke arah timur. Jadi butuh waktu lama untuk berkumpul.
Aku mengenakan pakaian kemeja dan celana panjang. Tak lupa mengikat rambut panjangku. Kulihat bulan di langit semakin terang.
Aku memasukan tanganku ke dalam air. Sihir air dan es konon berada di puncak kekuatannya saat bulan purnama. Namun, air tak bergeming sedikitpun.
Aku mendudukan diri, menyandar pada pohon. Ku tatap tanganku. Tak ada luka sedikit pun. Padahal barusan penuh dengan goresan.
"Benar-benar tak ada sihir.. "
Selama ini semua kekuatanku bergantung pada energi kutukan. Seberapa banyak aku membaca buku sihir, aku tetap tak bisa menggunakannya. Sebaliknya, aku bisa menggunakan kutukan tingkat tinggi dengan mudah.
Aku, berkebalikan dengan ketiga kakakku.
Walaupun Xavier memiliki darah vampir murni, ia tetap bisa melakukan sihir darah. Inilah kenapa darahku sangat berbahaya bagi siapapun. Bahkan Selene harus menggunakan ramuan sihir untuk membasuh tangannya setiap selesai mengobati lukaku.
Tuk!
"Sudah lama menunggu? " Ucap seorang pria sambil melempar kerikil ke arah kepalaku.
Lamunanku terhenti tatkala suara dari arah samping terdengar. Melihat siapa yang datang, aku mendengus.
"Kau terlihat kelelahan"
Xander menaruh pedangnya di atas batu. Ia mengeluarkan gulungan peta. Membukanya di bawah cahaya bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSED GIRL
RomanceAwalnya semua tampak membosankan. Ayahku seorang Duke, ibuku punya banyak naga dan aku punya tiga kakak pria yang sangat kuat dan melindungiku. Aku juga punya banyak paman yang menyukaiku dan aku paling menyukai paman Zen. Dia kaya. Dia pria dingi...