Di Istana kekaisaran..
Olivia POV
Ini adalah hari tersialku. Sampai kapan aku harus berhadapan dengan si gila ini. Aku tak bisa menggunakan sihir iblisku berkali-kali. Semakin sering aku menggunakannya semakin dekat aku dengan jiwa iblis yang berdiam diri dalam tubuhku.
Permasalahannya.. aku tak bisa menang melawan Pangeran Dios hanya dengan pedang saja. Menyebalkan. Apa kubunuh secara diam-diam saja? Tapi secara garis keturunan aku dan Dios juga saudara.
Kumohon... Kakek Jeremy.. keluarlah!! Cepatlah jemput aku!
Trang! Trang! Sret!
Aku menepis semua kristal merah yang beterbangan ke arahku. Sesekali membelah kristal tersbeut.
"Ahahah.. kenapa kau menarik kekuatanmu hm? Kau berniat kalah?"
"Mengalahkanmu hanya perlu sebilah pedang Yang Mulia. Ah... apa ibumu tidak mencarimu?" Ledeku.
Dia paling benci jika perihal ibunya di sebut. Aku yang paling tahu betapa Dios membenci ibunya.
Pangeran Dios menggertakan giginya. Ia menghujaniku dengan kristal merah yang ia bentuk.
"Ahaha... larilah, bunga liarku. Jika tertangkap, aku akan benar-benar merantaimu" Desis Pangeran Dios.
Aku menyeringai, berlari ke arah utara. Disana sudah ada naga berwarna merah muda yang menunggunya. Tanpa aba-aba aku melompat dan menunggangi naga berwarna merah muda tersebut.
"terima kasih atas jemputannnya, Zeus!" Ujarku.
Zeus pun meraun gdan mengibaskan sayapnya. Terbang menjauhi istana.
Zeus terbang bersamaku menuju menara sihir. Disana sudah ada Xane, Duke Deon Silverstein dan Duke Xander tentunya.
Zeus menurunkanku dan kembali berubah menjadi manusia. Asap berwarna merah muda mengepu di seluruh ruangan perlahan menghilang. memunculkan pria berambut putih silver panjang, bermata abu seperti ibunya.
Yup. Zeus adalah paman ibuku. Si Tua Bangka Jeremy.
"Jadi... kalian sudah berkumpul?" tanya si tua bangka Jeremy.
"Kalian lama.. " jawab Duke Deon dengan ketus.
"Jangan salahkan aku. Dia yang lama.." Kakek melempar kesalahan itu padaku.
Aku sudah berusaha secepat mungkin. Dia hanya menunggu beberapa menit. Lagi pula, kenapa penghuni mansion Silverstein ini suka sekali tepat waktu sih?
"Ke-kenapa aku? Mau bagaimana lagi, si gila berambut merah itu mengejarku terus menerus" gerutuku sambil berjalan menuju kursi di samping Paman Deon.
Aku menatap paman Deon dan Kakakku, Duke Xander.
"Jadi... kenapa para Silverstein berkumpul disini? Kukira hanya para 'beban' ini yang hadir?" Sindirku sembari melirik Xane dan Kakek.
Perempatan siku muncul di jidat Xane dan Kakek. Aku tidak berlebihan. Sejak aku resmi menjadi pewaris perusahaan ibuku yang dikelola Paman Zen, tabunganku selalu habis oleh mereka berdua.
"Siapa yang kau panggil beban ha?"
Aku mengedikan kedua bahunya. Duke Deon menghela nafasnya.
"Hentikan. Ada yang lebih genting dari pada membicarakan beban yang kalian maksud. Aku dan Xander disini untuk membicarakan monster yang tersisa" Kata Duke Deon mengawali pembicaraan.
Sontak atmosfir ruangan langsung menegang. Xander membuka koper yang ia bawa. Ia menemukan beberapa batu sihir dengan cairan hitam di dalamnya.
"Lihatlah!" Ujar Duke Deon.
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSED GIRL
RomanceAwalnya semua tampak membosankan. Ayahku seorang Duke, ibuku punya banyak naga dan aku punya tiga kakak pria yang sangat kuat dan melindungiku. Aku juga punya banyak paman yang menyukaiku dan aku paling menyukai paman Zen. Dia kaya. Dia pria dingi...