WY- 40

97.8K 16.6K 7K
                                    

Selamat 3M 🎉

Terimakasih banyak semua.. Maaf jarang update.. Akan cici usahakan yaa... Terimakasih banyak.. ❣️

Maunya chapter ini rame, biar lebih semangat lagi yokk❣️❣️ (semangat ovt nyaa) 🤭

Maunya chapter ini rame, biar lebih semangat lagi yokk❣️❣️ (semangat ovt nyaa) 🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Adzan subuh sudah berkumandang, namun Haidar masih terduduk tak bertenaga di atas sajadah yang digelar di kamar tamu.

Dari pukul setengah dua malam hingga sekarang, Haidar masih merenungi segala hal yang baru saja terjadi.

Sepertiga malam yang biasa ia laksanakan dengan penuh syukur, kali ini bertabur sakit dan keputusasaan.

"Astaghfirullah hal adzim.." Haidar menghela nafas terus menerus.

Suara bantingan benda dan umpatan kasar dari kamar utama baru saja berhenti satu jam yang lalu, membuat Haidar jauh lebih tenang.

"Ya Allah.. Apa salah, jika hamba mu menginginkan seorang keturunan?"

Sembari mengusap air mata yang tak henti mengalir, Haidar terus bertanya pada pencipta-Nya.

Dia hanya menginginkan seorang anak. Haidar benar benar menginginkan manusia mungil itu hadir diantara ia dan istrinya.

"Ini semua salah saya. Ini semua salah saya." Haidar terus merutuk dirinya.

"Ampunilah dosa dosa istri hamba, Ya Allah.. Ampuni.." Haidar menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, dan terisak hebat dibaliknya.

"Saya yang jahat disini. Saya yang bodoh disini." Rutuknya lagi, sebelum ia bersujud dan menumpahkan tangis di atas sajadah.

***

Haidar menyimpan semua benda benda yang sekiranya bisa dijadikan Stella alat untuk melukai dirinya di dalam lemari kamar tamu yang ia kunci.

Termasuk pisau dapur yang ia sembunyikan di atas lemari piring yang tinggi.

Ia sudah selesai memasak dan kini duduk di atas kursi makan, sembari menunggu Stella keluar kamar.

Ia tidak ingin menganggu istrinya terlebih dahulu. Karena Haidar sadar, ini adalah salahnya. Ia yang terlalu menginginkan keturunan, tanpa memikirkan pendapat dari istrinya.

Lamunan Haidar di buyarkan oleh suara pintu yang terbuka. Kepalanya refleks mendongak, dan menatap istrinya yang nampak lemas dibalik baju tidur

Tak ada sapaan sinis dan mengesalkan ataupun pertengkaran kecil yang biasa terjadi, saat ini.

Bahkan Stelli dan Haidir juga tidak memunculkan batang hidungnya sehabis pertengkaran mereka kemarin.

Stella menggeret kursinya ke belakang dan terduduk di atas kursi dengan malas. Matanya sembab, tak jauh berbeda dengan Haidar.

With You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang