WY - 50 [Terakhir]

141K 13.3K 4.3K
                                    

Ini adalah part terakhir dari kisah mereka :')

Kalo With You udah gak ada notif update, jangan kangen, ya? Jangan nungguin juga..

Haidar gak akan pergi, IG dia akan selalu ada, akan tetap menghibur kalian. Anggap aja, Haidar udah pensiun di wattpad. Haha.

Kalo kangen baca aja lagi, dia seneng kalo dibaca terus, apalagi bisa ngehibur kalian 🥰

Kalau mau, mampir ke cerita baru cici judulnya Gevandra (teen, romance, comedy) habis ini bakal rajin update Gevan❣️

.
.
.

Oh ya, minta tolong dibaca sampai akhir, ya? Makasih..

Haidar sontak menggelengkan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haidar sontak menggelengkan kepala.

Dengan cepat, tangannya meraih tangan Stella, yang sialnya langsung ditepis

“Nggak usah pegang gue,” katanya dengan nada yang mulai gemetar.

Entah karena menahan tangis, atau rasa sakit di perut dan hatinya.

“Dasar cowok bajingan gila,” umpatnya seraya melengos begitu saja, menjauh dari Haidar yang masih terpaku melihat kelakuan Stella.

“Astagfirullah.” Haidar beristigfar berulang kali. Ia terus menerus beristigfar dalam hati, berusaha memadamkan amarah.

Kedua tangannya mengepal erat. Ia menyesal sekali kenapa sampai terpikirkan untuk menampar sang istri.

Ini semua memang salahnya.

Ini salahnya.

Semua karenanya!

Stella pasti kecewa dengan sikapnya barusan.

Haidar mengejar Stella. Ia berdiri di depan perempuan itu, membuat langkah Stella otomatis berhenti.

“Ayo kita ke rumah sakit.”

“Gue cuma makan nanas dan durian, Dar. Bukan mau bunuh anak lo,” tekan Stella di akhir kalimat.

Haidar mengoreksi, “Anak kita.”

Stella menyunggingkan senyum sinisnya.

“Tau gitu gue makan nanas sepuluh buah sekalian, biar anak ini mati. Selesai —”

“Stella….” Haidar menegur.

“Sudah berapa kali saya bilang? Tolong jangan seperti ini.”

Air matanya yang ia tahan sejak tadi, kini meluruh begitu saja.

Sembari mengusap wajah, ia mengambil napas panjang.

Lelaki itu kini menunjuk dirinya sendiri. “Saya marah karena tidak ingin kamu dan anak kita kenapa-napa. Saya marah karena saya sayang dengan kamu dan anak saya. Kalian berdua prioritas saya, Stella.”

With You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang