30. Traz n Fraz

142 25 11
                                    

Survivors don't have time to ask, 'Why me?' For survivors, the only relevant question is, 'What now?'

—Edith Eger

🌻🌻

⚠️DISCLAIMER MENGANDUNG KEKERASAN DAN PEMBUBUHAN HARAP BIJAK DALAM MEMBACA

Buku dengan judul The Choice karya Dr. Edith Eger menjadi atensi Elana saat ini, matanya menelaah setiap kalimat yang tertera di belakang buku tersebut membuatnya menimang-nimang apakah dia akan membelinya atau tidak lantaran dalam satu totebag yang dijinjingnya sudah terdapat sepuluh buku yang sebagian diperlukan untuk penelitiannya.

"Buku itu tentang pengalaman penulis pribadi. Di mana usia 16 tahun sang penulis alias Dr. Edith menemukan jasad kedua orang tuanya yang dibunuh sesaat dia tiba di rumah. Dalam buku itu dijelaskan bagaimana pengalaman dan perjalanan kesehatan mental penulis sampai beliau menjadi psikologi yang berfokus menangani PTSD. You should read this book, rate 8/10," jelas lelaki yang tiba-tiba berdiri di samping Elana.

Sempat terkejut beberapa detik ketika suara berat khas lelaki itu terdengar di telinga Elana. "Kalimat apa yang lo suka dari buku ini?"

"Survivors don't have time to ask, 'Why me?' For survivors, the only relevant question is, 'What now?' —Edith Eger."

Elana menyunggingkan ujung bibirnya sekilas. "Menarik." Dia menaruh buku tersebut di dalam totebag kemudian menatap lelaki jangkung di sebelahnya. "Thanks, Tenzo."

Lelaki itu tersenyum tipis. "Urwell. Lo sendirian?"

Elana berjalan ke arah kasir untuk membayar semua buku yang ada di dalam totebag. "As you can see."

"Habis ini mau ke mana? Lagi buru-buru nggak? Mau ngopi atau makan dulu gitu?" Tenzo menodong Elana dengan rentetan pertanyaan yang membuat dirinya terlihat annoying.

Elana berpikir sejenak, awalnya dia malas berkomunikasi lebih dalam dengan lelaki di hadapannya namun ada satu hal yang ingin digali lebih dalam mengenai Tenzo. "Boleh."

Alhasil keduanya berjalan menuju salah satu tempat kopi yang dekat dengan toko buku, mereka mengambil posisi tempat yang strategis dengan kaca sehingga terlihat pemandangan jalanan kota Jakarta yang mulai ramai kendaraan.

"Udah lama gue nggak lihat lo di perusahaan Moon Light Magazine, lo berhenti jadi model di sana?" celoteh Tenzo usai menyesap latte-nya.

"Lagi rest," jawab Elana singkat.

Tenzo mengangguk, "Bukan karena kejadian fotografer kurang ajar yang hampir melecehkan lo, 'kan?"

Elana menyilangkan kedua tangannya di atas perut, menatap lawan bicaranya penuh selidik dan hal itu membuat Tenzo terbahak—sungguh tidak ada yang lucu. Lelaki itu sungguh aneh, bahkan Kia serta pihak manajemen sudah memastikan bahwa kasus antara sang fotografer cabul itu dan dirinya tidak akan tersebar.

"Sejauh apa lo tau?"

Dengan santai lelaki itu kembali menyesap kopi latte-nya. "Nggak jauh kok, tapi harus pakai helm," ujarnya lalu tertawa hambar.

"Ini bukan waktunya bercanda. Pihak manajemen nggak akan membiarkan hal ini tersebar luas, terus kenapa lo yang statusnya hanya wartawan biasa tau masalah itu."

Tenzo hanya mengangkat bahunya acuh. "Mungkin karena gue salah satu wartawan yang beruntung? Bayangin kalau artikel itu terbit mungkin aja ada korban selain lo, ah, bahkan lebih parah dari lo yang akan speak up?"

SECRETUM OF ELANA || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang