11. Asumsi

359 64 44
                                    

"Ada luka yang tidak pernah terlihat pada tubuh yang lebih dalam dan lebih menyakitkan dari apapun yang berdarah."
-Laurell K. Hamilton

🌻🌻

Seorang lelaki berkaca mata bulat memberanikan diri untuk menghadang Elana beserta ketiga temannya di luar kelas. Lelaki itu mendadak gugup melihat betapa indahnya pahatan Tuhan pada perempuan di hadapannya.

"Ini." Lelaki itu menunduk dan menyodorkan sekotak cokelat beserta satu buket bunga matahari. "Buat kamu, El, terima kasih sudah menyelamatkan aku di belakang gedung perpustakaan beberapa hari lalu," tuturnya.

"Gak perlu." Elana menjawab, lalu pergi begitu saja meninggalkan lelaki itu. Kepergiannya disusul oleh ketiga temannya; Nisa, Andin, dan Fira.

Fira menengok ke belakang, dia melihat lelaki itu ditertawakan oleh para kerumunan orang. Dapat diyakini bahwa mereka menertawakan lelaki itu karena penolakan dari Elana. Ah---temannya satu itu memang benar-benar keterlaluan.

"El, kenapa lo gak ambil aja sih?" cetus Fira disetujui oleh Nisa.

"Bener, kan lumayan kalau lo gak makan, kita yang makan," timpal Nisa.

"Kasihan tau, dia sekarang lagi diketawain sama orang-orang," kata Fira, "apa susahnya sih nerima pemberian orang lain sebagai ungkapan terima kasih?"

"Gue gak minta," jawab Elana sekenanya.

Nisa menghela napas panjang diikuti oleh Fira. Namun tidak untuk Andin---dia tidak pernah mengeluh mengenai sikap dan perbuatan Elana. Menurutnya, perempuan itu memiliki suatu pemikiran yang sangat rasional menyangkut perilaku serta ucapannya. Jadi Andin sama sekali tidak banyak berkomentar, dia hanya menghargai keputusan Elana.

"Siapa tau, Elana tidak menerimanya karena takut lelaki itu berharap lebih saat cokelat dan bunganya diterima," ujar Andin.

"Ya tapi 'kan... gak seharusnya ditolak kayak gitu, kasihan tuh cowok diketawain sama banyak orang," sanggah Fira.

Langkah Elana terhenti diikuti oleh ketiga temannya. Dia mengambil ponsel dari tas untuk mengecek notifikasi di layar ponsel. Terdapat satu pesan yang menarik perhatiannya.

Meira Citra

El, maafin gue yaaa...
Gue gak bermaksud melecehkan atau mencoreng nama baik lo semalem. Gue juga gak tau kalau si Fisya bicara seperti itu. Sumpah... jangan marah sama gue, El. Plis!!
(07.30)

Elana, sumpah gue bener-bener minta maaf. Gue bukannya mau lari dari masalah, tapi gue benar-benar harus balik ke Jogja siang ini, dospem gue minta ketemu buat ngebahas bahan skripsi. Sorry, El :(
(10.10)

Selepas membaca pesan Meira, Elana memasukan kembali ponselnya dan mengambil kunci mobil di dalam tas. Untung saja mereka berjalan ke arah kantin yang kebetulan sampingnya merupakan jalan pintas untuk menuju ke basement parkiran mobil.

"Gue cabut duluan," pamit Elana, lalu pergi begitu saja.

"Eh, mau ke mana, El?" teriak Fira karena posisi mereka sudah lumayan jauh.

"Woy! Elana! Setengah jam lagi ada kelas! Jangan lama-lama lo!!" tambah Nisa dengan volume suara lebih keras dari Fira.

"Ya udahlah, Nis, Fir, mungkin Elana ada urusan mendesak," ujar Andin menengahi.

SECRETUM OF ELANA || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang