20. Fakta

272 40 7
                                    

"Manusia bersifat sementara, jangan bangga hanya karena memiliki banyak orang di sekeliling, karena tanpa bisa ditebak, orang itu akan pergi kapan saja meninggalkan kita." - Elana Ratu Valencia.

🌻🌻

Suasana berkabung menyelimuti ketiga perempuan yang saling merangkul satu sama lain. Satu persatu orang-orang yang menghadiri pemakaman telah pergi hingga menyisakkan ketiga lelaki dan juga empat perempuan, mereka mengelilingi satu gundukan tanah yang dipenuhi taburan bermacam bunga.

"Gue turut berduka cita ya, Fir, atas meninggalnya Ibu lo." Raka berujar penuh simpati.

Fira yang sedang menangis hanya bisa mengangguk pelan dan berujar lirih, "Makasih ya kalian udah dateng."

"Kita satu kelas, mana mungkin nggak dateng." Reno membalas ucapan Fira. "Kalau gitu gue sama yang lain pamit ya?"

"Iya, Ren, sekali lagi thanks yaa."

Ketiga lelaki itu yang terdiri dari; Dadang, Reno, dan Raka mulai meninggalkan tempatnya untuk kembali ke kampus. Sedangkan Fira dan juga ketiga temannya masih berada dalam posisi saling merangkul, kecuali Elana. Perempuan itu hanya berdiri sembari memandang lurus gundukan tanah di hadapannya.

"Kematian adalah hal pasti, menangisinya hanyalah sesuatu yang berlebihan," ujar Elana tajam.

Dalam pandangan Fira dan Nisa, perempuan itu tidak memiliki perasaan, orang tua temannya meninggal tetapi sikapnya seolah tak peduli, disaat yang lain menaruh rasa simpati dengan merangkul, mengucapkan kalimat baik, mendoakan, tetapi perempuan satu itu... berbicara tanpa tahu situasi.

"Maksud lo apa, El?" Fira merasa tidak terima dengan perkataan Elana. "Hari ini aja... tolong bersikap layaknya manusia yang punya hati, lo lihat sekarang situasinya, gue lagi berduka. Selama ini gue selalu memaklumi sikap dan ucapan lo, El, tapi hari ini... gue bener-bener udah nggak tahan lagi."

Andin mengusap punggung Fira berupaya menenangkan perempuan itu. Dia juga berada dalam posisi serba salah, sebagai orang normal pasti berpihak pada Fira. Tetapi di sisi lain, ucapan Elana tidak salah.

"El, jangan gini dong," bujuk Nisa kepada Elana yang sedang menatap tajam ke arah mereka.

"Orang kayak dia..." Fira menunjuk ke arah Elana, kilatan emosi terpancar di wajahnya. "Dia nggak pernah merasakan di posisi gue, dia punya segalanya, nggak kayak gue yang cuman punya Mama, sekarang Mama udah meninggal gue nggak punya siapa-siapa. Apa salahnya sih berpura-pura seolah lo berduka di depan gue, menghargai perasaan sedih gue, walau hanya sebentar. Di mata dia, penderitaan orang lain nggak ada artinya."

Elana memutar bola matanya jengah, "Terus sekarang lo merasa lega karena punya simpati orang-orang? Ucapan manis mereka cuman angin lewat, seharusnya dengan kematian ini lo jadi sadar dan mempersiapkan mental untuk kehidupan yang akan datang, tanpa siapapun. Manusia bersifat hanya sementara, lo nggak bisa mengandalkan orang lain di dunia ini, terutama orang-orang yang menaruh simpati lebih. Karena biasanya mereka yang akan meninggalkan lo lebih awal."

Elana benci melihat orang lemah yang selalu menginginkan rasa simpati dari orang lain. Dia pun membalikkan badan lalu pergi begitu saja meninggalkan ketiga temannya.

Elana berjalan menuju tempat parkir. Ketika ingin membuka pintu mobilnya, dia dikejutkan oleh sebuah suara.

"Mereka pasti salah paham sama lo," ujar orang itu.

Elana menoleh kemudian mengernyitkan dahi. "Tenzo?"

Orang itu adalah Tenzo, dia mengambil sebatang rokok dari kotak yang berada di saku kemejanya. "Sorry gue denger pembicaraan lo sama mereka."

SECRETUM OF ELANA || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang