Warning 17+
Dalam cerita ini banyak mengandung bahasa kasar dan memuat adegan pelecehan. Dimohon untuk bijak dalam membaca serta mengambil pesan dari cerita ini.
🌻🌻
"Elana sudah mati." Perempuan itu menatap ke arah Junna secara intens. "Gadis lema...
Bunga matahari merupakan salah satu bunga memberi makna positif ; kebahagiaan, keceriaan, kesetiaan serta kehangatan. Namun siapa sangka bahwa bunga matahari memiliki makna lain, yaitu ; Kekayaan Palsu
-unknown
🌻🌻
Satu tangkai bunga matahari di dalam pot tergeletak di atas meja Elana, reaksinya hanya sebatas mengangkat kedua bahu lalu membuangnya ke lantai tanpa memikirkan siapa pengirim maupun pemilik bunga tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"El, makalah kemarin udah gue—lho ini bunga siapa? Kok dibuang?" tanya Fira yang baru memasuki kelas.
"Entah," responsnya kemudian fokus kembali pada layar ponsel.
"Ini ada suratnya tau." Fira mengambil bunga matahari itu serta surat berukuran kecil yang melekat di batang bunga.
Dear, Elana
Untuk pertama kalinya saya menulis surat cinta, dan pertama kalinya juga saya jatuh hati pada perempuan yaitu kamu, Elana. Saya tidak pandai merangkai kata atau mungkin karena ini pertama kalinya. Saya harap kamu menyukai sunflowers yang saya tanam sendiri.
Yours sincerely, μ
"Dia tanem sendiri lho, El, serius mau lo buang gitu aja?" Fira kembali bersuara setelah membaca surat tersebut, bersamaan itu pula dia heran mengenai salah satu huruf yang tertera dalam suratnya. "Ya walaupun suratnya agak norak, tapi mending sih karena bunganya bagus. Eh tapi ini huruf apa, lo tau nggak?"
Elana hanya melihat sekilas lalu kembali pada aktivitas sebelumnya; menatap layar ponsel. "Buang!" titahnya tajam.
"Buat gue aja ya, El?" tawar Fira dengan sedikit nada memelas.
"Terserah," putus Elana. "Reaksi lo berlebihan untuk ukuran sampah."
Fira terdiam sebentar untuk membiasakan diri. Ya, berteman dengan Elana harus memiliki perasaan yang kuat, karena perempuan itu selalu saja berkata kasar dan sering kali menyakiti lawan bicaranya, untuk itu Fira mencoba untuk membiasakan diri. Terbiasa seolah-olah kalimat tadi hanya angin yang berhembus dan tidak akan membuatnya tumbang.
"Walaupun sampah, dia tetap berguna dan indah jika berada di tangan yang tepat, El." Fira menduduki kursi di belakang Elana kemudian membawa bunga matahari tersebut.
Di sisi lain, seseorang sedang memperhatikan Elana dan juga Fira, tatapannya sendu terutama pada saat melihat bunga itu dibuang begitu saja ke lantai. Padahal, bunga itu dirawat dengan penuh ketelatenan hanya karena dia tahu bahwa Elana menyukai bunga matahari.
🌻🌻
Brak
Meja kafe digebrak oleh Dadang, raut wajah lelaki itu menjadi kesal. Jemarinya berselancar di layar ponsel, tak lama ponselnya itu diletakkan ke samping telinga kanan.
