"Meski kita pasti akan saling meninggalkan satu sama lain dengan apapun alasannya, setidaknya kita punya momen kebahagiaan bersama orang yang kita cintai."
🌻🌻
Baik Nisa maupun Fira menampakkan ekspresi terkejut, bahkan saat ini kedua bola matanya hampir keluar dari tempat, bibirnya terbuka, dan mereka mematung dalam ekspresi seperti itu hampir 5 menit lamanya. Penyebab mereka berdua seperti itu adalah kartu undangan pernikahan yang tiba-tiba saja di keluarkan oleh salah satu sahabatnya—Andin.
Jangan tanya bagaimana reaksi Elana, karena perempuan itu hanya bersikap datar seolah tak acuh mengenai pernikahan sahabatnya yang mendadak itu.
Nisa tersadar dan segera mengambil amplop berbahan kertas aster dengan tangan yang sedikit bergetar. "WHAT THE FUCK! AAAAAA."
Elana yang posisinya ada di samping perempuan itu sontak menjauhkan telinganya dari Nisa, pekikannya berhasil mencuri atensi penjuru kantin, benar-benar memalukan, pikirnya.
"KOK BISA SIH, NDIN?!" Nisa masih dengan volume ekstranya. "SAMA RAKA? LO HAMIL SAMA DIA YA?!"
Sang pemilik undangan hanya bisa mengedarkan pandangannya seraya meminta maaf atas kegaduhan yang berasal dari meja mereka. "Kita dijodohin, Nis, suaranya kecilin dong."
"Yakali Andin hamil duluan, dia masih polos gitu," timpal Fira.
"Eh, jangan salah sangka ya, itu kemarin anak Manajemen ada yang hamil, cowoknya anak teknik sampai-sampai kemarin ribut di fakultas teknik gara-gara cowoknya gak mau tanggung jawab. Brengsek banget kan," jelas Nisa yang memulai aksi rumpinya. "Tadinya kalau si Raka sampai begitu pengen gue hajar," imbuhnya.
"Congrats," ujar Elana secara singkat.
Andin tersenyum. "Terima kasih, El."
"Tapi lo bahagia 'kan, Ndin? Lo nggak terpaksa atau gimana kayak di sinetron-sinetron. Gue takut kayak mas Bian deh, Raka punya cewek nggak sih?" oceh Fira.
"Raka jujur sama aku, katanya dia emang udah suka sama aku sejak semester 3 pas ada perubahan kelas, awalnya aku juga kaget cuman ya udah dijalanin aja. Tenang aja, mungkin aku emang belum ada rasa atau apapun sama dia untuk sekarang, karena dari awal aku menganggapnya teman, tapi aku yakin akan terbiasa kok." Andin menjelaskan keputusannya memilih menikah muda dengan teman kelasnya itu kepada tiga sahabatnya, bahkan dia menceritakan pula awal pula perjodohan mereka yang bermula dari sang Nenek dan almarhumah Neneknya Raka.
Ketiga perempuan itu menyimak bahkan Fira gemas sendiri mendengarnya, sekaligus bersyukur bahwa setidaknya Andin tidak seterpuruk dulu ketika dia hampir saja diperkosa oleh beberapa seniornya, bahkan sempat dilecehkan secara fisik maupun verbal, entah dari mana Elana muncul lalu mengajar semua lelaki bejat itu. Bahkan kejadian ini memicu rasa trauma selama 4 bulan bagi Andin, untung saja dia bisa bertemu dengan Nisa dan Fira yang sering kali berada di sekitar Elana, alhasil dia ikut untuk bergabung berdalih ketika bersama Elana, setidaknya dia aman dan terbukti hingga saat ini.
"Gue seneng banget akhirnya lo bisa nemuin kebahagiaan lo, Ndin." Nisa berujar penuh haru setelah mendengar semua cerita Andin.
Elana yang mendengar itu secara refleks mengangkat sudut kanan bibirnya, dia tertawa sarkas atas ucapan Nisa. "Menikah itu bukan akhir dari kebahagiaan, bisa aja gerbang penderitaan. Gue tanya, kenapa orang-orang begitu ingin mengakhiri kehidupannya dengan pernikahan? Seolah pernikahan adalah goals satu-satunya."
Ketiga perempuan itu terdiam, mencerna pertanyaan sekaligus mencari jawaban dari pertanyaan Elana. Cukup lama mereka terdiam sampai akhirnya celetukkan Fira membuat yang lainnya ikut berdiskusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETUM OF ELANA || Jaehyun
FanfictionWarning 17+ Dalam cerita ini banyak mengandung bahasa kasar dan memuat adegan pelecehan. Dimohon untuk bijak dalam membaca serta mengambil pesan dari cerita ini. 🌻🌻 "Elana sudah mati." Perempuan itu menatap ke arah Junna secara intens. "Gadis lema...