8. Penolakan

444 85 38
                                    

Kita hidup di dunia, di mana mengakui sesuatu yang negatif tentang diri sendiri dipandang sebagai kelemahan, walau sebenarnya itu kekuatan. Bukan hal yang lemah untuk mengatakan, 'Saya butuh bantuan'

- (Jon Hamm)

🌻🌻

Sore ini sehabis kelas berakhir Junna dan Elana dipanggil ke rektorat. Keduanya duduk di sofa dan saling berhadapan, melihat bapak rektor yang sangat ramah kepada Junna membuat Elana muak. Penjilat, pikirnya.

Mengetahui bahwa Junna anak dari pemilik kampus ternama di Jakarta membuat seluruh dosen, staf tata usaha, dekan dan rektorat, bahkan para mahasiswa terkejut bahkan bersikap baik kepada Junna. Di awal Junna ingin menyembunyikan identitasnya, tetapi nama panjangnya tak sengaja disebut oleh Elana. Dia tidak bisa menyalahkan perempuan itu, mungkin jika dia memiliki pengaruh yang kuat dapat melindungi perempuan itu.

"Jadi, Nak Junna, saya selaku rektor minta maaf mengenai atas kesalahan mahasiswa-mahasiswa yang tidak sopan," ujar Pak Dean, selaku rektor kampus.

"Saya ingin mereka dikeluarkan sekarang juga. Rata-rata kebanyakan dari mereka sudah memasuki semester 10. Bukannya peraturan di kampus ini maksimal hanya sampai semester 9?" tutur Junna.

"Iya, baik kalau seperti itu. Saya akan melakukan seperti yang dikatakan nak Junna, besok pihak kampus akan mengeluarkan mahasiswa yang bermasalah." Pak Dean beralih menatap Elana, "Saya juga ingin minta maaf kepada nak Elana atas semua prilaku para mahasiswa yang tidak baik. Saya baru tahu kalau Nak Elana merupakan donatur terbesar kampus ini."

"Tidak apa-apa, Pak," jawab Elana sekenanya.

"Untuk masalah Arvin, itu tidak perlu khawatirkan lagi, dia akan mengundurkan diri dari kampus dan belajar di luar Negeri," tambah Pak Dean.

"Terima kasih atas bantuannya, Pak," balas Junna sedangkan perempuan itu hanya mengulas senyumannya.

"Saya dengar kemarin kamu membantu salah satu mahasiswa yang kena bullying sampai terkena tamparan di belakang gedung perpustakaan?" Pak Dean bertanya khawatir sekaligus miris.

Junna yang mendengar itu langsung terkejut dan menatap Elana. "Siapa yang nampar kamu, El?"

"Saya tidak apa-apa, Pak. Tolong ditindak lanjuti. Saya permisi," pamit Elana, lalu bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.

Junna pun melakukan hal yang sama, dia pamit kepada Pak Dean dan segera menyusul Elana. "El!" panggilnya seraya menggapai tangan Elana.

Langkah mereka berhenti di luar gedung rektorat. Banyak pasang mata mengarah kepada mereka, kedua pasangan ini seakan menjadi topik perbincangan yang sedang panas-panasnya. Ditambah lagi mereka mengetahui fakta bahwa Junna merupakan anak pemilik Universitas swasta terbaik di Jakarta. Pencarian di akun laman berita kampus nama Junna dan Elana menjadi urutan pencarian teratas.

 Pencarian di akun laman berita kampus nama Junna dan Elana menjadi urutan pencarian teratas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SECRETUM OF ELANA || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang