"Kenapa kita harus bertemu lagi ?"
_
_
_
Kini Nata sudah sampai di studio dimana dia akan berlatih catwalk. Ia sudah mengganti seragamnya dengan setelan kaos putih polos dan celana training hitam, rambutnya dikuncir kuda, tidak lupa sepasang sepatu high heels berwarna hitam yang sudah berada di kakinya.
"Okey, para model, sekarang kita mulai latihannya ya," ucap coach yang berdiri di depan panggung. Satu persatu orang melenggang anggun menyusuri panggung yang memanjang itu, ditemani iringan musik.
"Okey, kanan, kiri, kanan kiri, sip bagus," coach yang biasa dipanggil coach Hana itu memberi aba-aba dan revisi kepada setiap model.
"Bagus, latihan kita harus terbayarkan besok ya!" serunya memberi semangat pada para model ketika latihan telah usai.
"Kak izin bertanya," Nata mengangkat tangan, menandakan ingin bertanya.
"Ya silahkan Nata," jawabnya.
"Untuk baju yang kita pakai besok itu seperti apa ya? Gaun atau casual?" tanyanya, perihal paling penting bagi model bukan?.
"Oh iya, pertanyaan bagus. Jadi besok kalian akan memakai gaun yang cukup besar, karena tema fashion show kali ini adalah glamour fashion show dan besok akan diliput seperti biasa, tapi mungkin akan lebih banyak wartawan karena baju ini dari designer terkenal, jadi bersiap ya!" akhirnya, coach Hana telah menjelaskan tema dan hal yang harus diperhatikan, sehingga para model bisa bersiap.
Hari Sabtu pagi, Nata sudah duduk di depan cermin dengan wajahnya yang sedang sibuk di poles oleh para staff bagian make up.
Tringg... Senyuman terukir setelah Nata membuka isi pesan yang masuk.
"Semangat fashion show-nya, nanti aku nonton di tv ,"
"Siap, pantengin terus muka gue yang cantik ini,"
"Siap cantik,"
Nata tak bisa menahan senyumannya yang merekah ketika membaca pesan yang dikirim Dean. Oke cukup bucinnya, sekarang Nata menuju ruang ganti untuk memakai gaunnya.
Sreek... Bunyi tirai ruang ganti yang terbuka, kini ia sedang menghadap ke cermin. Ia terlihat sangat cantik. Sepertinya semua baju akan bagus jika dipakai Nata. Balutan gaun berwarna emas dengan perpaduan warna putih, ada gemerlip manik-manik yang semakin membuat gaun itu menawan, high heels berwarna emas sudah terpasang di kakinya, mahkota emas juga sudah menghias kepalanya. Sempurna.
"Wahhh, cantiknyaa, pangling deh," puji coach Hana.
"Hahahahaha," seluruh model tertawa malu karena dipuji.
"Oke urutannya bisa lihat di layar ini ya, semua bersiap," lanjut Hana, semua model pun langsung tertuju pada layar yang dimaksud coach-nya itu dan segera berbaris sesuai urutan. Nata mendapat urutan ke 5 dari 10 model. Satu persatu mereka maju, berjalan seanggun mungkin, agar para penonton dapat melihat jelas setiap detail gaun yang mereka gunakan. Kamera terus menyoroti mereka, tegang? Tentu. Kini giliran Nata, melangkahkan kakinya, berjalan menikmati atmosfer yang sudah lama tidak ia jumpai, berjalan sambil menunjukkan dengan bangga gaun yang ia gunakan, tak lupa mata harus fokus pada kamera.
"Cantik, seperti biasanya," disisi lain, Dean sedang duduk di sofa hitam panjang yang berada di basecamp milik gengnya itu. Matanya belum beralih dari televisi sejak acara itu mulai. Matanya berbinar ketika melihat sosok Nata yang akhirnya muncul di layar.
"Cieee Deaannn uhuy," goda Daffa yang ikut duduk menyaksikan acara fashion show tersebut. Sedangkan Tora sedang asik menikmati kopi susu di balkon.
Setelah acara selesai, Nata memanfaatkan hari Minggu untuk beristirahat, mengingat jadwal latihan yang padat beberapa minggu yang lalu. Kini hari sudah kembali menjadi hari Senin, hari yang dibenci sejuta umat.
"Selamat pagi angsa-angsa yang cantik, tapi masih cantikkan gue sih," entah, apakah sudah terlalu lelah sampai agak gila, atau bagaimana. Pagi ini ia membuka pintu balkon kamarnya dan menyapa angsa-angsa di danau yang persis berada di depan rumahnya, indah sekali.
Hari Senin ada jadwal mata pelajaran olahraga, kini Nata sudah bersiap dengan setelan seragamnya. Kaos berwarna biru cukup terang dan celana panjang berwarna biru navy dihiasi garis putih di pinggir celana.
"Pagi Ma," sapa Nata setelah sampai di meja makan.
"Pagi Nata," Rani menjawab sapaan dari anak gadisnya.
"Heh, abang lo gak disapa?" Devan nge gas ketika dirinya tidak dianggap oleh adiknya.
"Siapa ya yang ngomong?" Nata seolah-olah sedang mencari seseorang.
"Halal untuk dibunuh," ucap Devan sambil menoyor kepala Nata.
"Kasar banget si lo, sumpah," jawab Nata sambil memelintir tangan Devan.
"Ya allah anak-anak ini masih pagi," Rani frustasi ketika melihat kedua anaknya sudah baku hantam pagi-pagi.
"Yahhh gak lengkap, belum ada papa," ucap Nata sambil mengoles selai coklat ke rotinya.
"Iya, masih tahun depan pulangnya," jawab Rani. Papa Nata adalah seorang pengusaha yang sedang ada urusan dinas di luar kota.
Kini kelas 10 B sudah berbaris rapih di tengah lapangan. Matahari pagi bersinar cerah, mendukung kegiatan olahraga pagi ini.
"Semangat pagi!" seru Pak Juan, guru olahraga.
"Pagi, pagi, pagi!," jawab seluruh murid 10 B penuh semangat.
"Pagi ini kita akan belajar teknik bermain basket, sebelumnya ayo absen dulu," setiap siswa sudah disebutkan namanya, namun sepertinya kurang 1 siswa lagi.
"Kurang 1 anak nih, ada yang tau?" tanya Pak Juan pada seluruh siswa.
"Raga pak," jawab Agha sebagai ketua kelas.
"Ohhh yang anak baru itu ya?" tanya Pak Juan lagi dan diangguki semua murid 10 B. Selang beberapa menit, tiba-tiba ada suara teriakan.
"Pak, tolong!, Kak Dean sama Raga berantem!" teriak Vira, anak kelas 10 C. Hal itu membuat seluruh sekolah jadi ramai.
"Dimana!?" tanya Pak Juan panik.
"Di taman sekolah," jawab Vira lagi. Nata yang mendengar itu menjadi siswa pertama yang lari paling depan dan yang lain ikut berlari mengikuti Nata.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATADEAN: A MISUNDERSTANDING BETWEEN US
RandomKisah yang bermula ketika MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Seorang siswi baru yang sangat membenci kakak OSIS yang menjadi panitia MPLS kala itu. Kakak kelas jutek, dingin namun tampan. Namun, seiring waktu, keduanya saling menaruh hat...