NATADEAN 15

23 1 0
                                    

"Kenapa kita harus bertemu lagi?"

_

_

_

Jam sekolah akhirnya berakhir.

"Nataa, pulang bareng gue yuk," ajak Raga dengan raut wajah bahagia.

"Boleh deh, bentar gue lapor ibu negara dulu," ujar Nata.

"Okei hayuk," ujar Nata setelah selesai mengirim pesan kepada mamanya. Sekarang Raga dan Nata berjalan berdua menuju motor Raga.

"Nat, kayaknya hp lo bunyi," ucap Raga ketika mendengar ponsel Nata yang berbunyi sejak tadi.

"Eh iya, gue gak sadar," setelahnya ia mengangkat telepon yang masuk.

"Halo, kak,"

"Pulang bareng Raga?"

"Iyaa, salah?"

"Engga,"

"Hm,"

"Lo inget kan hari Sabtu kita kemana?"

"Ingetlah itu kan bertujuan merayakan ulang tahun gue,"

"Ya udah,"

Pip...

Telepon dimatikan sepihak oleh Dean. Rencananya hari Sabtu keluarga Dean dan Nata akan berlibur ke pantai dalam rangka merayakan ulang tahun Nata.

"Hadeh, cape gue lama-lama," Nata mengeluh sesaat setelah mematikan telfon dari Dean.

"Kak Dean ngelarang lo balik bareng gue?" Raga sudah tau alasan Nata murung.

"Hm," Nata hanya berdehem.

"Ya udah, gak usah daripada lo musuhan sama Dean, eh Kak Dean,"

"Gak ih, ngapain, ntar Sabtu kita juga ketemu dua hari full day,"

"Ngapain?"

"Ada deh, kepo lo, dah ayok gue pegel," anggukan Raga menjawab.

Diatas motor, Nata menikmati pemandangan, berbeda dengan Raga yang sejak tadi sesekali mengamati wajahnya melalui spion motor.

"Hati lo udah di orang lain, gue kangen kita yang dulu main tanpa takut di cemburuin sama orang lain," Raga membatin sambil mengamati wajah Nata di spion.

Motor Raga berjalan tapi bukan kearah jalan menuju rumah Nata.

"Ga, ini kan harusnya belok kanan, lo mau kemana gila?" Nata mulai panik.

"Gue mau makan bakso yang dulu deket SMP kita, laper," ujarnya.

"Ohhh bilang kek, dasar, bikin gue panik,"

"ya elah Nat, lo pikir gue mau bawa lo kemana? Nyulik lo? Kurang kerjaan amat, klo mau nyulik gue juga milih-milih kali,"

"Sumpeh, mulut lo. Maksud lo apaan hah?!"

"Nah ini, males gue nyulik cewe galak, ih serem, merinding gue,"

"RAGAAA," teriakan dan toyoran dapat dirasakan oleh Raga.

"Heh, pala gue,"

"Bodo,"

Kini motor Raga sudah terparkir di depan kedai bakso yang letaknya menempel dengan SMP mereka dulu. Nata tadi masuk lebih dulu untuk memesan, sedangkan Raga masih memarkirkan motornya.

"Nih, ya ampun, ibu udah lama gak liat kalian," Bu Yuyun, penjual bakso yang memang sudah hafal dengan Nata dan Raga.

"Iyaa ya bu, kangen bakso ibu," ujar Nata sambil menyeruput kuah bakso.

"Beuh rasanya gak berubah, masih enak," lanjutnya.

"Hahaha iya atuh, penjualnya kan masih sama, eh iya ini langgeng amat persahabatannya, masih berduaan aja, atau?"

"Ehhh engga ibu, temen kok," Raga menimpali ketika Bu Yuyun mulai berbicara yang aneh-aneh.

"Nah engga bu," lanjut Nata.

"Ya udah sok lah dihabisin,"

"Iya, makasih ya bu," Nata menjawab dan keduanya menikmati bakso sambil bercanda. 


"Wahh kenyang, makasih Raga," ucap Nata sambil tersenyum kearah Raga.

"Sama-sama Nata," jawab Raga dengan senyum juga.

"Nata," suara laki-laki memanggil nama Nata.

"Lah, Kak Tora?" Nata menanggapi laki-laki yang memanggilnya tadi.

"Lagi sama Raga?" lanjut Tora.

"Ah iya kak, tadi makan bareng aja," jawab Nata.

"Ohh, ya udah duluan ya," Tora pamit dan pergi duluan.

"Nat, kayaknya lo bakal kena masalah sama Dean habis ini," ujar Raga setelah Tora mulai menjauh.

"Bodo amat lah, yok balik," ujar Nata santai, ia memang tidak suka di kekang dalam hal pertemanan, jadi masa bodo kalau Dean mau marah karena hal ini.

Setelah makan sore tadi, Raga langsung mengantar Nata kerumah. Sekarang Nata sudah berish-bersih dan sedang duduk di atas kasurnya. Sepertinya prediksi Raga benar, tak lama ada notifikasi di ponselnya, tertera nama Dean disana.

ISI CHAT

Dean: "Makan juga sama Raga?"

Nata: "Iya, enak tau baksonya,"

Dean: "Oh,"

Nata: "Kenapa?"

Dean: "Ck, lo tuh ya, auah Nat, capek gue,"

Nata: "Cemburu lo?"

Dean: "Apaan, engga dih,"

Nata: "Dah ya, besok kan udah Sabtu, sampai ketemu,"

Nata sedang malas untuk berdebat dan merayu Dean yang marah, ia mengakhiri berkirim pesan dengan Dean dan memilih packing baju-bajunya untuk besok berlibur. Berbeda dengan Nata, di sebrang sana Dean sedang teramat kesal, namun ia ingat akan bertemu Nata full day selama dua hari, amarahnya sedikit berkurang. 

NATADEAN: A MISUNDERSTANDING BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang