"Kenapa kita harus bertemu lagi"
_
_
_
Arkan, siswa laki-laki yang baru saja pindah ke SMA Mandala, entah apa alasan yang membautnya pindah ke SMA yang kini menjadi tempat Dira bersekolah. Sepertinya Dira dan Arkan memiliki cerita indah di masa lalu, yang membuat Dira belum bisa melupakan cerita indah itu, bahkan dengan kembalinya Arkan, rasa itu malah semakin kuat, entah Arkan atau Agha yang akan membalas perasaan Dira.
Kelas 10 A kini menjadi tujuan Dira.
"Hai Arkan," sapanya, membuat sang empu menoleh kearah dirinya.
"Ehh Dira kan?" jawabnya kaget dan langsung berdiri dari duduknya.
"Iya bener,"
Kurang lebih begitulah awal percakapan mereka, sebelum akhirnya mereka saling bertukar cerita dan menghabiskan banyak waktu disana.
"Lah itu Dira kan?" disisi lain, ada Agha yang tak sengaja melewati kelas 10 A.
"Sama siapa ya? Dia punya temen cowok di kelas A kah?" ia terus bertanya-tanya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke kelas 10 A, untuk menjawab rasa penasarannya.
"Dira, gue nyariin lo dari tadi," ujarnya.
"Eh Arkan?" lanjutnya ketika matanya berhasil menangkap sosok yang sejak tadi menjadi lawan bicara Dira.
"Eh Agha? Wah bro udah lama gak ketemu ya," jawab Arkan antusias, lagi-lagi mereka dipertemukan oleh teman satu SMP.
"Iya bro,"
Pertemuan yang tidak di sengaja itu membuat ketiganya mengobrol tak tau waktu. Hingga bel masuk kelas berbunyi dan dengan terpaksa mereka harus menghentikan kegiatan mengobrolnya itu.
"Dir lo darimana sih?" tanya Kitara.
"Dari kelas 10 A lah,"
"Gila, langsung PDKT sama Arkan?" ujar Nata yang baru saja duduk di kursinya.
"Yoi, mana tadi ada Agha nyamperin,"
"Wadaw perkumpulan crush Dira," ujar Kitara.
"Wedehh, tapi gue jadi bingung deh, milih siapa ya? Agha atau Arkan?"
"Heh!, belum tentu juga mereka suka sama lo, idih pede banget," seru Nata sambil memukul pelan tangan kanan Dira.
"Aduh sakit gila, ya santai kali," jawab Dira sambil mengusap bekas pukulan Nata yang terasa perih.
"Sssttt... Guru udah dateng, fokus-fokus,"
"Iya deh Kitara, si paling rajin dah," ucap Dira.
"Wuahh pegel bos," ujar Nata sambil meregangkan otot-ototnya.
"Sama weh," sambung Dira yang kini merebahkan kepalanya di atas meja.
"Gue duluan ya, ada ekskul," setelahnya Kitara langsung pergi.
"Gela, gak ada capeknya tuh anak ye,"
"Gue juga ada ekskul sih, gue duluan ya, bye Dira,"
"Dih woi, gue ditinggal?"
Kini Nata berjalan ke perpustakaan, karena hari ini adalah jadwal ekskul menulis yang berletak di perpustakaan sekolah. Ia suka sekali ekskul menulis, disana ia banyak belajar teori-teori penulisan dan banyak pula projek yang diberikan, jadi baginya kelas menulis ini tidak begitu membosankan, karena ia bisa langsung praktek melalui projek-projek yang diberikan. Kelas berlangsung kurang lebih satu jam, kini Nata baru saja keluar dari perpus dan hendak pergi ke toilet.
"Wahhh lega," memang sejak tadi ia sudah menahan, karena jarak perpus ke toilet cukup jauh dan keadaan sekolah sudah cukup sepi, hanya ada beberapa anak basket yang sedang berlatih.
"Mari pulang," ujarnya, lalu ia membuka gagang pintu toilet.
"Eits, pas banget lo ada disini," masih ingatkan? Perseteruan Nata dan Gita belum selesai.
"Mau kemana sih?" lanjut Gita, sedangkan Nata tak menjawab pertanyaan Gita. Ia memilih berjalan mundur untuk menghindari Gita.
"Kok diem aja sih?" Gita terus saja berjalan maju, membuat Nata kini terpojok di tembok toilet.
"Lo tau gak sih, gue sebel banget sama tante Sofia, kenapa sih dia suka banget sama cewek kayak lo?"
"Cantik engga, pinter engga, ck,"
"Lo itu nyogok apa sih ke tante Sofia? Sampe-sampe tante Sofia segitu sukanya sama lo!" Gita mulai meninggikan nada dan menatap Nata tajam.
"Lo takut kalah saing sama gue? Makannya nyogok nyokapnya?"
Kesabaran Nata benar-benar sudah di puncaknya, ia tak bisa lagi menahannya.
"Gue gak pernah nyogok apapun ke tante Sofia, gue yakin tante Sofia itu bisa menilai orang yang baik dan orang yang busuk itu gimana," ujar Nata sambil menekan kata-kata "Busuk".
"YAAK!"
Plak. Satu tamparan melayang di pipi kiri Nata, membuat sudut bibirnya berdarah.
"Awhhh, Kak!" Nata juga ikut emosi.
"KENAPA? LO GAK SUKA? IYA? GUE JUGA GAK SUKA, KENAPA TANTE SOFIA LEBIH SUKA SAMA LO DARIPADA GUE HAH!, GUE MAU LO MATI, LO HARUS PERGI DARI HIDUP DEAN!" Gita sudah tak terkendali, ia sudah gila, ia buta karena cinta.
"Kak, tolong jangan kayak gini, gue akan pergi dari hidup Kak Dean, tapi jangan bunuh gue," air mata Nata sudah tak terbendung, melihat Gita yang mulai mengarahkan tangannya ke lehernya.
"K-kak, s-sakit, k-kak, uhuk-uhuk," tangan Gita mencekik kuat leher Nata, membuat nafas Nata tercekat.
"KENAPA LO GAK MATI AJA HAH!, POKOKNYA LO HARUS MATI!" rasanya ia belum puas jika hanya menyekik leher Nata. Kini ia membanting tubuh Nata ke lantai, tenaganya seperti 10x lebih kuat jika dikuasai oleh emosi.
"Huh, huh, huh, g-gue n-ngapain? N-Nata k-kenapa?" ujarnya terbata-bata, ketika matanya melihat Nata yang sudah tergeletak di lantai dengan berlumur darah. Akibat ulahnya, kepala Nata terbentur lantai, membuat dirinya tak sadarkan diri.
"G-gue harus pergi, g-gue gak mungkin bunuh orang," tampak ekspresi panik di wajah Gita, kemudian, ia pergi begitu saja dan meninggalkan Nata yang tergletak tak berdaya.
"Eh Gita gue nyariin lo, darimana sih?" tanya Dean yang melihat Gita datang dengan tergesa-gesa.
"Ahh m-maaf De, gue dari kelas tadi," ujarnya.
"Lo kenapa panik gitu?" tanya Dean curiga.
"G-gue, g-, gue,"
"Kenapa sih Git?" Dean semakin bertanya-tanya.
"G-gue takut aja tadi sekolah udah sepi,"
"Oalah, kirain kenapa, muka lo kayak habis bunuh orang aja,"
Deg... Gita hanya bisa terdiam, dengan seribu ketakutan di dalam hatinya.
"De, yuk pulang,"
"Yuk,"
Keduanya pulang bersama, taka da yang tau Nata sedang membutuhkan pertolongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATADEAN: A MISUNDERSTANDING BETWEEN US
RandomKisah yang bermula ketika MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Seorang siswi baru yang sangat membenci kakak OSIS yang menjadi panitia MPLS kala itu. Kakak kelas jutek, dingin namun tampan. Namun, seiring waktu, keduanya saling menaruh hat...