"Kenapa kita harus bertemu lagi?"
_
_
_
Malam berganti pagi, matahari yang kini menjalankan perannya. Samar-samar Nata dapat melihat atap berwarna putih polos, dengan perlahan kelopak matanya terbuka.
"Gue dimana?" lirihnya, membuat seisi kamar rumah sakit itu terbangun dari mimpi.
"Nata lo udah bangun?" kalimat pertama yang langsung Devan keluarkan setelah nyawanya terkumpul.
"Gue dimana bang?" tanya Nata.
"Lo dirumah sakit, lo gak inget kejadian kemarin?" lanjut Devan.
"Hah? Terus lo siapa?" Nata melontarkan pertanyaan yang membuat Raga dan Dean tiba-tiba terbangun.
"Nat, lo gak inget gue?" tanya Raga panik.
"Lah lo juga siapa?" sumpah, ini mimpi buruk bagi mereka.
"Nata, jangan becanda," ujar Devan.
"Apasih, kalian tuh siapa?" lagi-lagi Nata menanyakan hal yang sama.
"Lo gak mungkin amnesia kan Nat?" Raga bertanya dengan ekspresi panik.
"Gue laper," ujar Nata spontan.
"Bentar Nat, lo beneran amnesia?" tanya Devan.
"Ck, Ga cariin makanan dong, makanan rumah sakit gak enak," oke, kali ini mereka berhasil ditipu oleh Nata.
"HEH GILA LO YA!!, BARU BANGUN, BIKIN ORANG PANIK!" seru Devan sambil gemas ingin memukul Nata.
"Heh, jangan pukul-pukul, gue baru sembuh," ujar Nata santai.
"Gila tapi lo Nat," sambung Raga. Disana memang ada Dean, tapi kehadirannya seperti tak dianggap.
Sambil asik menyantap makanannya, Nata diminta untuk menceritakan kejadian kemarin.
"Ehmm," aktifitas makannya sempat terjeda.
"Gapapa lo cerita aja Nat," Raga meyakinkan. Pada akhirnya, Nata yakin untuk menceritakan semua yang ia alami kemarin.
"Udah lo ceritanya?" sarkas Dean diakhir kalimat Nata.
"Mau nyalahin Gita sekarang?" lanjutnya.
"Kalian mau aja percaya sama dia?" ujarnya sambil menujuk Nata yang duduk diatas ranjang rumah sakit.
"Ya jelas gue percaya, dia kan adek gue," jawab Devan.
"Gue kenal Gita udah 3 tahun, dia emang agak kasar, tapi akhir-akhir ini gue udah gak pernah liat Gita nyerang Nata, lagian Gita udah pernah bilang ke gue, kalo dia mau berubah," jelas Dean panjang lebar.
"Lo percaya sama omong kosong Gita?" ujar Raga.
"Jelas, gue lebih percaya sama Gita daripada dia," lagi-lagi jari telunjukknya mengarah ke Nata.
"Oke, besok gue ke satpam, gue bakal minta rekaman cctvnya, ayo kita buktiin," jawab Raga berani.
"Kalau cctv gak berhasil membuktikan Gita bersalah, gimana?" Dean terus saja membela Gita.
"Suatu hari kebusukkan seseorang akan terbongkar dengan sendirinya, cukup dengan pernyataan Nata, gue udah yakin, ini ada sangkut pautnya dengan Gita," kalimat Devan berhasil membuat Dean diam sejenak, sebelum akhirnya kembali bersuara.
"Hm, kita liat nanti dan, satu pesan buat lo Nata, kalau di kamar mandi hati-hati ya, jangan jatuh terus kepalanya bocor, ngerepotin orang, ujung-ujungnya nyalahin orang, gue pamit," kalimat yang benar-benar membuat hati panas, Nata hanya dapat menghela nafas panjang ketika punggung Dean mulai menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATADEAN: A MISUNDERSTANDING BETWEEN US
SonstigesKisah yang bermula ketika MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Seorang siswi baru yang sangat membenci kakak OSIS yang menjadi panitia MPLS kala itu. Kakak kelas jutek, dingin namun tampan. Namun, seiring waktu, keduanya saling menaruh hat...