NATADEAN 41

16 1 0
                                    

"Kenapa kita harus bertemu lagi?"
_
_
_

Hening, keduanya tak bersuara. Nata fokus mengendarai sepeda yang kian terasa beratnya, sampai pada akhirnya mereka berhenti di pos satpam yang sebenarnya tinggal sejengkal lagi untuk sampai dirumah Nata.

“C-capek, huh, huh,” ujarnya sambil ngos-ngosan dan turun dari sepeda.

“Dorongin deh Ga,” sambung Nata, lalu ia berjalan lebih dulu dan meninggalkan Raga dibelakangnya.

“Dasar, gue malah ditinggal,” walaupun sambil mengumpat, tapi tetap saja ia menuruti perkataan Nata.

•••

Akhirnya, sampai juga dirumah Nata. Namun keduanya dibuat kaget dengan kehadiran beberapa orang.

“Misi, gue mau buka pintu,” ujar Nata santai, seperti tidak memperdulikan tamu yang datang.

“Najis si Nata, ini kita dateng tuh di sambut kek, apa kek,” ujar salah seoarang dari segereombolan orang disana.

“Yaelah, masuk aja,” jawab Nata yang kemudian lebih dulu memilih bersih-bersih dari keringat.

“Sohib lo tuh Ga, rada sengkleh dan bikin emosi,” jawab Dira. Yap, yang datang adalah teman SMA Nata. Ada Dira, Kitara, Agha dan Sean.

“Baru gitu aja udah emosi kan lo, apalagi gue yang tiap hari ketemu tu bocah,” Raga menimpali ucapan Dira sambil memasuki rumah Nata.

“Yeeeh, itu mah modus lo biar bisa deket sama Nata kali Ga,” kini Kitara yang menimpali dan hanya disaut tawaan oleh teman yang lain.

“SEGER BESTIEEE,” seru Nata yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.

“Mandi apa mandi lo Nat?” heran Dira yang merasa Nata cepat sekali mandinya.

“Idih gue bukan kayak lo yang mandi pake ritual sajenan dulu,” jawab Nata yang kemudian ikut duduk di sofa.

“Rambut lo masih basah dodol,” ujar Kitara.

“Ntar juga kering sendiri,” Nata memang tidak begitu mengurus hal-hal seperti itu, ia terkesan cuek.

“Ntar masuk angin,” jawab Raga singkat yang kemudian langsung ambil tindakan dengan mengeringkan rambut Nata dengan handuk.

“Ekhem,” Agha mencoba menggoda Raga, yang ternyata malah mendapat tatapan tajam dari Raga.

“Gue bisa sendiri Raga,” Nata pun mengambil handuk yang ada di tangan Raga dan mengeringkan rambutnya sendiri, tak lupa terakhir ia menyisir rambutnya.

•••

Setelah mereka berbincang sedikit dan sempat membuat sarapan bersama, akhirnya ada saat mereka bisa berkumpul dan bercengkrama setelah sekian lama jarang bertemu karena kesibukkan masing-masing.

“Nih es coklat,” ujar Nata yang baru saja menerima pesanan minuman dingin dari ojek online.

“Asikkkk,” seru Sean yang langsung menyereput es coklat itu.
“Eh iya Dira, gimana sama Arkan?” tanya Nata disela-sela kegiatan meminum es nya.

“ Nat!” bisik Dira yang ada disebelahnya, Nata lupa kalau disana ada Agha.

“Ahh, kalian semua masih temenan kan sama Arkan?” Nata mengulang kalimatnya dengan menekan kata-kata SEMUA.
“Masihh, kita juga sering main bareng, yakan?” saut Agha dengan pertanyaan untuk meyakinkan. Lalu dijawab anggukan oleh yang lainnya.

“Dir, Kit, gue beli baju baru, liat deh dikamar gue, ayo,” Nata hanya sekedar mengajak mereka ke kamar, karena yakin Dira ingin berbicara tentang Arkan, hanya sungkan saja ada Agha.
“Dah, udah di kamar, ayo cerita,” ujar Nata sambil duduk di pinggir ranjang.

“Gue ngerasa Agha lebih dingin dan gak seperhatian Arkan, gue ngerasa yang lebih banyak kasih feedback itu Arkan, tapi gue sukanya sama Agha, tapi gue juga suka Arkan,” benar saja, Dira memang sedang dibingungkan dengan dua pilihan lelaki.

“Gue juga ngeliat sejak dari SMA, Arkan keliatan perhatian ke lo, kayak waktu itu,”

FLASHBACK ON ( Masa SMA )

“Dira, ini,” ujar Arkan sambil memberikan sebuah kotak berwarna pink dengan pita merah.

“Apa ini?” tanya Dira, dengan perlahan ia membuka isi kotak itu.

“Baju?” sambung Dira ketika berhasil membuka kotak itu.

“Hehe iya, semoga kamu suka ya,” jawab Arkan yang malu.

“Sukaaa lahhh, makasiiih yaa, pasti aku pake,” jawab Dira girang.

FLASHBACK OFF

“Kan Dira, dia aja udah pake aku kamu, bukan lu gue, kayak Agha dan sering banget ngasi-ngasi hadiah kecil buat lo, peka lah, masa masih ngarepin Agha yang gak ada hilalnya gitu,” ujar Kitara.

“Bener Dir, coba lo yakinin hati lo lagi, yakin sama Agha?, gue sih ragu,” timpal Nata.

“Namanya juga first love, susah buat lupa,” jawab Dira.

“Ya elah, segala first love, yakin lo? Yang ada dia malah jadi the worst person yang pernah lo kenal ntar ujung-ujungnya, jangan sampai salah pilih Dira,” Nata memberi saran pada teman yang kadang egois terhadap cinta, yang kadang berlebihan dalam menanggapi seseorang, yang malah membuatnya pusing sendiri.

“Kalau nanti lo milih Agha, jangan egois buat minta Arkan terus pertahanin lo,” deg, kalimat Kitara membuat Dira terdiam sejenak.

“Gue pusing, gue gak tau, gue bahkan gak tau apa bener mereka suka sama gue? Gue gak tau, gue cuman takut, kalau gue gak bisa milih salah satu dari mereka buat tinggal di hati gue,”

“DAH DIRA, GUE GAK MAU MAKIN DIBUAT ALAY SAMA KISAH PERCINTAAN LO,”

“DIR BAHASA LO KEK MAKIN GELI SUMPAH,” nada sok dramatis yang dibuat Dira berhasil membuat kedua temannya bergidik geli.

“Jahat kalian tuh, gue lagi pusing,” jawab Dira.

“AHAHAHAHAHAHAA,” tiba-tiba Dira malah tertawa.

“G-gue HAHAHAHAHA, gue gak bisa nahan tawa liat ekspresi jiji lo pada ke gue,” ujarnya sambil terpingkal.

“Ck, berisik lo, ayo kedepan, ntar pada curiga,” ajak Nata.


NATADEAN: A MISUNDERSTANDING BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang