"Kenapa kita harus bertemu lagi?"
_
_
_Selesai makan siang bersama, Nata dan Dean pamit.
“Kak, gue seneng Raga udah sehat, makasih ya,” Nata berbicara sambil menatap Dean yang sedang menyetir.
“Hm, sama-sama,” jawab Dean.
“Gue, juga mau minta maaf, soal semua masalah yang pernah gue lakuin,” lanjutnya.
“Wkwkwk iyee,” Nata menanggapi dengan kekehan. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke jendela samping.
Tiba-tiba tangan Nata digenggam oleh Dean, membuat Nata membeku, bahkan nafasnya tercekat.
“Gak usah ilang-ilang lagi ya lo, disini aja, sama gue,” ujarnya.
“Eh gila, apa-apaan nih, Dean sumpah ya lo jantung gue!” batin Nata teriak, namun mulutnya membisu.
“Ish, apaan sih lo,”
“Serius gue Nat,”
“Iyaaa Kak Deaann, bawel,” jawab Nata sambil melepas genggaman tangan Dean.
•••
Mobil Dean memasuki daerah perumahan.
“Dah sana balik, gue mau tidur,” ujar Nata setelah keluar dari mobil Dean.
“Rumah kita cuman sejengkal Nat, jodoh kali ya?” goda Dean pada Nata.
“Mulai lo,” jawab Nata sambil membuka kunci rumah.“Besok libur ga?” tanya Dean.
“Engga,”"pulang jam berapa? Gak sampe malem banget kan?"
"Engga, kenapa sih?"
"Besok gue mau ajak lo dinner,"
"Tumben,"
"Ya udah pokoknya gitu,"
“Iya, dandan yang cantik,” lanjut Dean.
“Maksud lo? Selama ini gue jelek?”
“Gak gitu, ya mungkin lo mau pake daster,"
“Dasar lo, Dean,”
“Gini-gini gue lebih tua dari lo,”
“Iyaaaa Kak Dean,”
•••
Hari sudah mulai gelap, Nata masih sibuk dengan laptop dan tumpukan berkas. Tiba-tiba ruangannya diketuk oleh seseorang.
“Misi mba, ada yang mau ketemu,” ujar karyawan itu.
“Siapa?” tanya Nata, menghentikan aktifitasnya.
“Gue,” ujar seorang perempuan yang berdiri di belakang karyawan tersebut.
“Oh iya, masuk,” Nata berdiri dari duduknya, beralih duduk di sofa yang ada di ruangan kerjanya.
“Mau apa?” tanya Nata langsung ketika duduk berhadapn dengan orang itu.
“Gue, mau minta, gue banyak banget salah sama lo. Gue sama Raga sama-sama terobsesi, bukan suka yang tulus. Mungkin Raga udah langsung nemu sosok yang nyembuhin dia dan bikin lo tenang, tapi--,”
“Tapi, gue belum Nat. Gue masih tebelenggu dengan kisah kelam itu, tapi lo gak perlu khawatir, gak ada rasa lagi untuk Dean. Ini, lo liat,” ia menyodorkan sebuah kertas.
“Gue udah siapin rumah dan tiket buat pindah keluar negri,” lanjutnya.
“Buat apa lo pindah?” tanya Nata setelah melihat dengan teliti, apa isi kertas itu.
“Ini cara gue buat lupa dengan semuanya, gue yakin, disana gue pasti bisa pulih,”
“Gue maafin lo, gue tau semua cuman karena obsesi. Gue harap, lo bener-bener bisa sadar, berubah dan pulih. Mungkin ini cara terbaik, gue yakin, keputusan lo pasti udah dipikirkan baik-baik,” jawab Nata.
“Hm iya, gue nyesel pernah kasar sama lo, sekarang gue sadar, kenapa Dean bisa setulus itu sama lo,”
“Semua orang sebenarnya baik, cuman kadang ada hal yang bikin orang itu buta Kak Gita,”
“Iya, bener. Gue bakal berubah, hari ini gue cuman mau pamit sama lo, gue udah pamit ke Dean kemarin, maaf gak izin ke lo dulu,”
“Gak perlu izin, dia juga temen lo,”
“Gue harap kalian bahagia, gue pamit,”
•••
Tak lama setelah Gita pergi, ponsel Nata berdering.
“Halo, Nat jangan lupa jam 8,”
“Ngapain?”
“LO LUPA!”
“Oh iyaa! Okee gue siap-siap dulu,”
Tut
Nata baru ingat ada janji dengan Dean pukul 8 malam. Ia segera mengambil kunci mobil dan pulang.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
NATADEAN: A MISUNDERSTANDING BETWEEN US
AcakKisah yang bermula ketika MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Seorang siswi baru yang sangat membenci kakak OSIS yang menjadi panitia MPLS kala itu. Kakak kelas jutek, dingin namun tampan. Namun, seiring waktu, keduanya saling menaruh hat...