NATADEAN 38

20 1 0
                                    

"Kenapa kita harus bertemu lagi?"

_

_

_

Hari ini, hari dimana Nata dan Dean akan bertemu lagi.

"Nata, ayo masukkin barangnya," perintah Rani.

"Iya ma,"

"Eh Nata, kata tante Sofia, Dean bawa temen, namanya Gita, inget gak?"

"Hah? Kak Gita?"

"Iya, yang pernah bermasalah sama kamu, tapi kan sekarang udah baikan kan?"

"A-ahh u-udah ma,"

"Oiya ma, karna Kak Dean ngajak temen, aku juga boleh ya? Biar rame gitu," lanjut Nata.

"Bolehh, siapa mau kamu ajak?"

"Raga," ia yakin mamanya pasti mengiyakan.

"Ahhh Raga, boleh lah, suruh siap-siap, nanti kita jemput," hm, betul kan, Rani pasti mengizinkan Raga untuk ikut.

Setelah Raga dikabari dan mendapat izin dari orang tuanya, Nata baru merasa lega, setidaknya, jika tragedi di masa lalu terulang lagi, ada Raga yang pasti membelanya.

"Halo, Nata, woi!"

"Apaan sih!"

"Lo belum berangkat kan?"

"Belum,"

"Nah, tolong ambilin jaket gue di gantungan kamar, terus anterin ke kampus,"

"Idih ogah,"

"Kan jalan ke villanya ngelewatin kampus gue, cepet yak,"

Nata hanya dapat menahan emosi, ketika tiba-tiba mendapat telefon dari abangnya, sudah pasti abangnya itu akan merepotkannya dan benar saja.


Setelah mendapatkan jaket yang dimaksud Devan, Nata bergegas masuk mobil, lalu pergi ke kampus.

"Yaudah sana, anterin dulu jaketnya," ujar Rani setelah kendaraan beroda empat itu terparkir di parkiran kampus.

"Ya sebentar,"

Setelahnya, ia berjalan melewati halaman kampus, tak sengaja matanya menangkap sosok Dean dan Gita yang sedang asik mengobrol.

"Kak Gita kuliah disini juga?" batinnya bertanya-tanya, dengan mata yang belum juga beralih dari Dean dan Gita.

Namun, notifikasi dari ponselnya berhasil membuyarkan lamunanya, rupanya itu dari Devan yang terus saja memburu-buru Nata, alhasil Nata bergegas memasuki kampus dan memberikan jaket itu pada Devan.

"Nih, ah elah riweh lo," ujarnya ketika sudah bertemu dengan Devan.

"Makasih,"

"Upah,"

"Ogah,' jawab Devan, lalu kembali masuk ke ruang musik.

Selama Nata berjalan menuju pintu keluar kampus, pikirannya terus saja dipenuhi dengan pertanyaan.

"Kak Gita sama Kak Dean masih deket banget ya?, sampai-sampai Kak Dean tau dimana kampusnya Kak Gita bahkan ngajak Kak Gita buat nginep bareng, apa mereka udah jadian?"

Tak henti-hentinya pertanyaan itu berputar-putar di otaknya. Sampai tak sengaja kepalanya menabrak dada seseorang bertubuh tinggi.

"Awhhh," ujarnya sambil memegang pucuk kepala yang terasa nyeri.

"Makannya kalau jalan jangan sambil ngelamun," jawab seseorang yang tak sengaja tertubruk kepala Nata.

"Ha? Raga? Lah kok lo ada disini?" tanya Nata setelah menemukan siapa sosok itu.

"Iya, gue tadi di kabarin sama tante Rani kalau kalian lagi di kampusnya bang Devan, yaudah gue kesini aja, lagian rumah gue gak terlalu jauh sama kampus ini," jelas Raga panjang lebar.

"Hmmm iya-iya, yaudah ayo masuk mobil," ajak Nata sambil membuka gagang pintu mobil miliknya. 


Tak lama, keempat roda kendaraan itu bergerak, berjalan menuju lokasi yang dituju. Sebuah villa yang cukup besar, bernuansa vintage, yang berada di perbukitan. Suasananya sejuk, sawah hijau menjadi pemandangan utama dari villa itu.

"Wuaahhh, segernyaaa," ujar Nata sambil meregangkan tubuhnya yang berasa pegal setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.

"Raga, Nata ayo masuk," perintah Rani yang kemudian ia memilih masuk ke villa lebih dulu.

"Heh Nat, ini mana pintunya?" tanya Raga yang kebingungan karena ia tidak melihat pintu masuk sama sekali.

"Alah norak lo, nih ada tangga kan, nah pintunya diatas," ledek Nata.

"Oalah, ya maap, gue kan gak pernah kesini," jawab Raga, kemudian keduanya menaiki tangga dan yap, mereka dibuat terkejut lagi.

"Ohhh udah ada Kak Dean sama Kak Gita Ga," bisik Nata ketika melihat kedua orang itu sedang asik menyiapkan alat barbeque yang berada di samping kolam renang.

"Hm iya," jawab Raga singkat, karena sejujurnya ia sedang terpukau dengan kolam renang yang cukup luas, mengingat salah satu hobinya adalah berenang.


Bukannya langsung masuk ke dalam villa, Nata malah berjalan menuju kursi gantung yang dibentuk seperti ayunan. Kedua matanya masih setia menatap sinis kearah Dean dan Gita.

"Heh, awas mata lo copot," ujar Raga yang kini ikut duduk di sebelah sahabatnya itu.

"Ck, diem lo Ga,"

"Sana bantuin," ujar Raga lagi.

"Males,"

"Sama gue,"

"Oke deh,"

Kini keduanya berjalan mendekati Dean dan Gita, berusaha menjadi teman akrab dan melupakan kisah kelam di masa lalu.

"Haii kak, kita bantuin ya," ujar Nata.

"Bolehh," jawaban dari Gita yang membuat Nata kaget, "jawabannya ramah" batinnya.

Saat Nata dan Raga mengambil alih pekerjaan, Dean dan Gita malah pergi dan beranjak menuju meja panjang dan kursi yang berjajar, meja itu memang disediakan untuk makan bersama, menikmati hasil barbeque. Padahal niat awal Nata ingin masak bareng dengan Dean.

"Lah malah pergi, dasar," dumel Nata kesal, dengan pandangan yang tak fokus pada masakannya, alhasil,

"Awww panas," jerit Nata yang tak sengaja tangannya terkena arang panas.

"Ehhh, mana-mana sini liat," dengan sigap Raga meniupi bagian tangan Nata yang luka.

"Sini kasih air dulu," lanjut Raga sambil menuangkan air dari botol air mineral. Nata yang melihat kesigapan Raga hanya termenung, kedua matanya tak lepas dari wajah Raga.

"Raga lebih perhatian ke gue," batinnya.

"Nah udah mendingan kan?" tanya Raga pada Nata yang masih terus saja menatap wajahnya.

"Heh, Nata,"

"Aahh iya, padahal ini luka kecil doang tau Ga," jawab Nata.

"Luka kecil apaan, itu agak melepuh loh, ntar deh dikasihin salep, sekarang gue aja yang masak lo duduk aja sana,"

"Engga ah, gue bantuin natain meja makan ya," ujar Nata.

"Raga sama Nata makin deket, gak salah tebakkan gue kalau Nata juga suka sama Raga dari awal masuk SMA. Bilangnya doang suka sama gue, aslinya mah sama Raga, dasar Nata" batin Dean yang rupanya sejak tadi memperhatikan tingkah laku Nata dan Raga. Kecurigaannya pada Nata pun belum juga hilang. 


NATADEAN: A MISUNDERSTANDING BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang