NATADEAN 22

19 1 0
                                    

"Kenapa kita harus bertemu lagi?"

_

_

_

Sudah setengah jam mereka bermain basket tanpa henti.

"Udah-udah capek gue," ujar Dean.

"Berarti gue menang kan?" tanya Nata.

"Hm iya dah lo menang, terserah lo dah," ucap Dean sambil meneguk air minumnya.

"Pulang yok," ujar Dean setelah nafasnya sudah normal lagi.

"Yuk," jawab Nata. Keduanya seketika lupa kalau beberapa hari lalu mereka sempat saling diam karena rasa cemburu. Pada akhirnya mereka malah pulang bersama, sungguh aneh.

"Makasih kak," ujar Nata ketika sudah sampai di depan rumahnya.

"Sama-sama," jawab Dean lalu ia pulang.

Setelah Nata selesai bersih-bersih dan sedang bersantai, ada telepon masuk.

"Hm, kenapa Ga?"

"Nat, ikut yuk, ntar malem gue, Dira, Kitara, Agha, Sean, mau ke taman kota,"

"Ngapain?"

"Gapapa iseng aja, kan enak gitu kayak menikmati danau malem-malem, ntar kita sambil nyemil gitu deh,"

"Ahhh gituuu, gas gue mah, jam berapa?"

"Jam 7 yaa,"

"Okeh,"

Tut.... Telepon dimatikan oleh Nata. Lalu beralih memikirkan makanan apa yang akan ia bawa untuk nanti malam.

"Aha, mama," ketika memikirkan makanan pasti langsung mengarah pada mamanya.

"Ma,"

"Ha?"

"Nanti malem aku diajak ke taman kota, mau piknik gitu deh,"

"Mana ada piknik malem-malem ih,"

"Ihhh mama, boleh kan tapi?"

"Iya gapapa boleh,"

"Bawa makanan apa ya ma?"

"Itu mama ada garlic bread, trus ada brownis juga, minumannya mama ada kayak minuman teh rasa buah di kulkas, cukup gak?"

"Wuahhhh cukup, mantep,"

"Nah sip, ntar mama siapin,"

"Ma anterin juga ya ntar?"

"Iyee," Nata merasa lega, beres sudah ditangan mamanya. Ia pun kembali ke kamar dan memilih untuk menentukan pakaian yang akan ia gunakan.

"Hmm, pake baju apa ya?" ujarnya sambil berdiri di depan lemari bajunya.

"Ini aja deh," lanjutnya sambil mengeluarkan satu setel baju. Sebuah dress berwarna hijau daun yang panjangnya di bawah lutut, tak lupa cardigan putih untuk atasannya karena lengan dress-nya pendek. 


Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Nata dan semua temannya sedang sibuk makan sambil menikmati danau yang tenang.

"Gimana projek cabe kalian?" Sean memulai percakapan.

"Aman," jawab semua serentak.

"Ck, kok pada aman semua sih? Gue tuh berharap ada yang gagal, biar seru gitu loh," lanjut Sean.

"Ck, mulut lo ye bener-bener," ujar Raga sambil menyumpel mulut Sean dengan roti. Suasana pun kembali hening karena mulut mereka sibuk mengunyah. Nata yang ingin menikmati suasana taman secara keseluruhan pun mengubah pandangan matanya dari danau menjadi kearah pengunjung-pengunjung yang lain, namun.

"Ehhh Nata, lo tau gak emm...," tiba-tiba Dira menangkup kepala Nata dan mengarahkannya persis di depan wajahnya.

"Apaan sih lo?" Nata kaget dan heran. Selagi Dira mengalihkan perhatian Nata, Kitara memberi kode kepada Agha, Raga dan Sean dengan matanya.

"Kit, mata lo kenapa dah?" tanya Sean polos, sehingga Nata juga ikut melihat kearah mata Kitara.

"Seaannnn," seru semuanya yang paham dengan kode yang diberi Kitara. Ketika mata Nata sudah sampai pada objek yang dimaksud, raut wajahnya pun berubah.

"Ck, kan dia jadi sedih gitu," ucap Dira sambil memukul Sean.

"Aduhhh, maap," Sean merasa bersalah.

"Nat," panggil Raga sambil mendekat kearah Nata.

"Hm?" jawab Nata dengan senyuman.

"Gapapa?" lanjut Raga.

"Hah? Emang kenapa dah?"

"Gak usah pura-pura Nat,"

"Gapapa,"

"Tapi Ga, kalau ini mereka gak mungkin bahas projek cabe kan?" ujar Nata lagi. Semuanya bingung harus menjawab apa.

"Gapapa Nat, lo kan punya kita, lo gak perlu orang kayak dia, udah ya, kita lanjut lagi," ujar Kitara.

"Hm bener," jawab Nata dengan senyuman, lalu berusaha sebahagia mungkin. 

NATADEAN: A MISUNDERSTANDING BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang