Way #1 | Only One Person Who Called Me "Na"

75 6 23
                                    

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Terima kasih😊

💘


"HA?" Seorang perempuan muda usia sekitar dua puluhan tahun tiba-tiba bangkit dari kursi usai mendengar kabar mengejutkan melalui sambungan telepon. Kedua matanya terbuka lebar, pun dengan mulutnya. "Rayi ... hilang?"

"Bunda juga enggak tau, Nara. Aduh, tolong banget kamu cari adik kamu itu, ya. Bunda udah tanya ke ibu-ibu temennya Rayi, tapi mereka juga enggak tau."

Si perempuan muda bernama Nara menelan ludah berat. Matanya melirik meja kerja dengan tumpukan berkas-berkas. Walaupun sudah malam, pekerjaannya belum selesai. Sayang kalau ditunda-tunda. Akan tetapi, bagaimana dengan Rayi?

"Nara? Kamu bisa, 'kan?"

Nara terdiam sejenak untuk berpikir. Beberapa saat kemudian, ia mengembuskan napas dan mengangguk. Baiklah, ia akan mengalah. "Iya, Bun, Nara bakal cari Rayi. Bunda yang tenang, ya. Kalo Rayi udah pulang, langsung kabarin Nara."

"Makasih, ya. Hati-hati."

Nara tersenyum singkat dan segera mengakhiri sambungan telepon. Perempuan muda itu menyugar rambut panjang sambil mendesah berat. "Rayi ke mana, sih?" geramnya. Ia berdecak dan buru-buru mengambil tas dan beberapa berkas penting yang akan ia bawa ke rumah. "Terpaksa, deh, aku lembur di rumah."

"Lho, Ra. Kamu mau ke mana? Enggak jadi lembur?"

"Lah, kopinya aja baru sampe, nih."

Nara melirik sekilas ke arah dua temannya yang baru kembali dari kafe. "Iya, aku mau pulang. Aku buru-buru, ada urusan. Bye!"

Dua teman kantor Nara hanya saling lirik dengan rasa bingung sekaligus penasaran.

Sembari berjalan, jari-jemari lentik Nara bergerak cepat memesan layanan taksi online melalui ponsel. Beruntung sekali ia mendapat taksi yang posisinya berada di dekat kantor. Tentu, itu akan mempercepatnya untuk segera mencari Rayi, adik kandungnya.

"Mbak Nara, ya?"

Nara mengangguk pada sopir taksi di depan kantor. Perempuan itu segera masuk taksi dan duduk di bagian tengah.

Taksi pun melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat tujuan Nara, yaitu tempat les Rayi. Nara ingat bahwa hari ini Rayi memiliki jadwal les di bimbingan belajar pilihan bundanya. Ya, Rayi les bukan karena keinginan sendiri, melainkan bunda yang menyuruh. Bunda ingin Rayi belajar maksimal untuk ujian sekolah yang akan berlangsung sebentar lagi. Nara yang mendengar keputusan bundanya untuk mendaftarkan Rayi ke bimbingan belajar dahulu langsung tertawa dan meledek, "Cieee, yang mau les. Makanya, jangan game online doang yang dimaksimalin, belajarnya juga kali."

"Udah sampai, Mbak."

Nara tersadar dari lamunan. Perempuan muda itu menengok ke kanan, menatap pemandangan luar dari kaca mobil. Benar, ternyata ia sudah tiba di tempat tujuan. "Pak, tunggu sebentar, ya. Saya mau cari adik saya dulu di dalem biar sekalian aja nanti."

"Oh, ya, Mbak," jawab sopir taksi sambil mengangguk.

Nara bergegas turun dari mobil taksi dan berjalan menuju pintu utama tempat bimbingan belajar. Kondisi di sana sepi, meskipun tanda di pintu masih tertera "buka".

"Kak Nara?"

Nara menoleh ke sumber suara. Ia melihat seorang gadis berseragam putih biru. Mata Nara menyipit penasaran hingga akhirnya ia tersadar sesuatu. "Kamu ... temen sekolahnya Rayi, 'kan? Yang kemarin ikut belajar kelompok di rumah?"

Way of Love | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang