Way #27 | Bright Spot [LAST PART]

48 2 0
                                    

ATTENTION!Ini adalah part terakhir dari"Way of Love"🥳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ATTENTION!
Ini adalah part terakhir dari
"Way of Love"🥳

Happy or sad ending, baca dulu aja, deh😌

Tapi, sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Terima kasih😊

💘


SELESAI kerja di malam hari bukanlah hal yang asing lagi bagi Nara. Pukul 20:35, perempuan itu baru keluar dari gedung kantor. Namun, alih-alih segera pulang, ia malah diam di depan pintu masuk kantor dengan tatapan kosong. Ia bahkan tidak peduli akan dinginnya semilir angin malam yang menerpa tubuh.

Nara melamun, memikirkan hubungannya dengan Sakra. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba jadi memikirkan laki-laki itu dan secara otomatis menghadirkan rasa bersalah di hati. Jika ditanya apakah Nara ingin berbaikan dengan Sakra, jawabannya tentu "iya". Namun entah mengapa, Nara merasa gengsi jika harus menghubungi Sakra terlebih dahulu. Lebih tepatnya, ia merasa tidak pantas. Ia sudah berkata yang kelewatan pada Sakra dan menganggap bahwa kepedulian yang selama ini laki-laki itu lakukan terasa lebai.

Dada Nara terasa sesak. Kedua matanya pun mulai terasa panas. Nara ingin menangis, tetapi tidak bisa. Aneh banget aku. Enggak pengin nangis, malah nangis. Giliran pengin nangis, malah enggak bisa nangis, rutuknya dalam hati dengan raut muka yang terlihat kusut.

Angin malam kembali berembus, kali ini sedikit lebih kencang bahkan disertai titik-titik air dari langit. Nara refleks mendongak, beberapa tetes air pun mengenai wajah lesunya. Ia berdecak pelan. Bagus! Sekarang ia terjebak hujan dan mulai khawatir apakah Rayi jadi menjemputnya atau tidak. Apalagi ketika mengingat bahwa adiknya itu adalah tipe pemalas, Nara jadi pesimis. Untuk membujuk Rayi agar mau menjemputnya saja Nara harus memberi imbalan berupa kuota internet.

Nara mendesah berat. Ia memutuskan untuk menunggu sambil merapal doa agar Rayi tidak ingkar janji. Beberapa menit berlalu, Nara masih belum mendapati kehadiran Rayi. Walaupun rasa pesimis kian menjadi, Nara memaksa diri untuk tetap berpikir positif. Mungkin saja Rayi sengaja menunggu hujan reda. Berkendara di tengah hujan tentu bukanlah pilihan yang cukup baik. Banyak risiko yang dapat terjadi.

Nara menunduk, menatap kedua kaki yang sedikit basah karena percikan air hujan. Anehnya, perempuan itu malah tetap diam di tempat, tidak ada niatan untuk mencari tempat menunggu yang lebih aman. "Huh, aku salah. Aku enggak peka. Aku egois!" gerutu Nara masih sambil menunduk. "Harusnya aku sadar kalo dia peduli. Dia sayang. Dia cinta sama aku. Tapi, aku malah nganggep semua itu lebai."

Kaki Nara mengentak lantai diiringi rasa kesal. Tepat saat itu juga, guntur menggelegar. Nara terlonjak dengan raut muka tegang. Ia melirik ke atas, lalu menelan ludah dengan susah payah. "Ampun, ya, Tuhan," lirihnya. Satu detik setelahnya, guntur kembali terdengar. Nara terlonjak lagi sambil meringis tanpa suara.

Way of Love | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang