Way #22 | This is Her Problem, in Fact

9 0 0
                                    

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Part ini tanpa edit terlebih dahulu, jadi maklumi jika banyak tipo atau kalimat sumbang
Jangan sungkan untuk menegur

Terima kasih😊

💘

HARI ini adalah hari ketiga Nara berada di rumah Lata, terhitung sejak Jumat lalu. Nara masih belum menunjukkan pergerakan. Tidak, Lata tidak keberatan jika Nara menumpang di rumahnya. Namun, ia hanya tidak tega melihat teman kantornya itu terus-terusan dilingkupi kesedihan. Contohnya saja saat ini.

Lata mengembuskan napas berat melihat Nara yang meringkuk di atas ranjang dengan tubuh berguncang samar. Isak samar juga turut terdengar. Dini hari tadi, Nara tiba-tiba saja menangis dan membuat Lata terbangun. Nara mengaku tidak bisa tidur karena terus terbayang dengan masalah yang dihadapi. Seperti hari-hari sebelumnya, Lata dengan lapang hati menjadi pendengar atas keluh-kesah teman kantornya itu. Namun, Lata jadi bertanya-tanya mengapa temannya itu terlihat seperti berusaha mencari jalan keluar atas masalahnya dan malah terus menangis meratapi nasib. Lata hanya bisa memaksa diri berpikir positif bahwa Nara memang butuh waku yang cukup lama untuk bisa menguatkan diri sebelum menemukan jalan keluar.

Ponsel Lata berbunyi sekaligus bergetar. Lata menunduk, menatap layar ponsel yang berkedip-kedip. Ia segera mematikan alarm berangkat kerja. "Nara, aku berangkat kerja dulu, ya. Aku udah beli makanan tadi. Tinggal kamu ambil aja di ruang makan. Awas kalo enggak dimakan," peringat Lata, tetapi tidak digubris oleh Nara.

Lata mengembuskan napas berat dan segera berbalik badan. Setelah mengambil tas dan beberapa keperluan kerja, perempuan itu berjalan ke arah pintu. Ia sempatkan menengok ke belakang, menatap Nara untuk terakhir kalinya. Temannya itu masih tetap pada posisinya, meringkuk di atas ranjang. Semua akan baik-baik aja, kok, Ra.

💘

SEJAK duduk di kursi kerjanya, Lata merasa konsentrasinya tidak terlalu baik hari ini. Beberapa kali ia juga ceroboh mencampur lembar laporan A ke laporan B. Untungnya, ia sempat mengecek ulang sebelum menyerahkannya ke atasan untuk diproses lebih lanjut.

"Lata?"

"Iya, Pak?" balas Lata tanpa mengalihkan perhatian sedikit pun dari berkas-berkas yang sedang ditata.

"Pak, Pak, Pak, Pak. Emang suara saya kedengeran kayak bapak-bapak, ha?"

Lata tertegun. Ia segera menoleh ke sumber suara dan alangkah terkejutnya ketika sadar siapa yang sebenarnya baru saja berbicara. "Eh, Ibu Manajer. Maaf, Bu," ucapnya sambil meringis. Malu sekali rasanya karena seenak mulut memanggil atasannya yang berjenis kelamin laki-laki dengan sebutan "pak".

Way of Love | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang