Way #12 | Ferris Wheel

11 1 0
                                    

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Terima kasih😊

💘


"POKOKNYA, puas-puasin, deh, kalian mau main wahana apa aja karena tiketnya udah aku bayarin. Kalian mau jajan apa aja juga, silakan. Just call me, and I will pay it all to you," ujar Sapta dengan jemawa. Laki-laki itu benar-benar bahagia, meskipun kemungkinan besar uangnya akan terkuras banyak hari ini. Namun, demi perayaannya yang baru memiliki pacar, ia rela. Asal tidak setiap hari saja.

"Semoga langgeng pacarannya, ya, Sap," doa Nara yang diamini oleh teman-temannya.

"Sering-sering adain traktiran gini. Kan, kita-kita jadi seneng," timpal Lata yang masih memeluk lengan Rav sejak masuk area taman bermain. Selengket itu memang Lata terhadap pacarnya.

"Seneng di kalian, stres di aku kali." Sapta membalas dengan muka datar. "Ya udah, yuk, mulai main!" ajaknya kemudian.

"Kita mencar aja, ya. Biar leluasa sama pacar masing-masing," usul Lata yang kemudian disetujui oleh Sapta, Rav, dan. Icha. Sedangkan sisanya hanya diam dengan senyum kikuk. Siapa lagi jika bukan Nara dan Sakra.

Lata dan Sapta, beserta pasangan masing-masing sudah mulai berpencar, menyisakan Nara dan Sakra di tempat. Nara mengulum bibir. Ia jadi merasa tidak enak hati karena dianggap berpacaran dengan Sakra. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Mulut Lata benar-benar tidak bisa dijaga. Seenaknya saja mengecap orang!

Nara menoleh, menatap Sakra yang sejak tadi hanya diam di samping kanannya. "Sak," panggilnya pelan.

Sakra menoleh dan menatap Nara tepat di mata. "Ya?"

"Eum ..., aku minta maaf, ya."

Dahi Sakra berkerut samar. Ia tidak paham dengan maksud Nara yang tiba-tiba meminta maaf. Padahal, ia sama sekali tidak merasa jika teman dekat semasa SD-nya itu telah melakukan kesalahan.

Nara menunduk, menghindari tatapan Sakra. Ia melakukan hal tersebut bukan karena takut kian merasa bersalah, tetapi demi kebaikan jantungnya. Pasalnya, saat Sakra menatapnya tepat di mata, jantungnya serasa seperti sedang diskotik, dag-dig-dug tak karuan.

"Aku minta maaf karena temen-temenku nganggep kita berdua ... pacaran. Mereka salah paham dan aku udah jelasin, tapi ... mereka keras kepala banget! Apalagi, si Lata, tuh, yang paling gencar nganggep kita pacaran," ungkap Nara. Raut mukanya terlihat kusut. Tentulah, ia tidak menyukai dugaan tak berasas dari Lata dan Sapta. Lagi pula, Nara heran, dari mana mereka berdua bisa menyimpulkan jika ia dan Sakra berpacaran? Memangnya cocok?

Tidak banyak reaksi yang Sakra tunjukkan usai mendengar penjelasan Nara. Laki-laki itu memasukkan kedua tangan ke saku celana, lalu berujar, "Kalo gitu, bukan salah kamu, Na."

Nara mengangkat wajah dan secara otomatis membuatnya kembali bertemu pandang dengan Sakra. Bodoh! Kenapa ditatap lagi? Deg-degan, 'kan, jadinya! batinnya, mengatai dirinya sendiri. Ia mengerjap beberapa kali, agak tak paham dengan maksud Sakra. Kalau bukan salahnya, lalu salah siapa?

"Tapi, bukan salah temen kamu juga kayak gitu, sih." Sakra segera menambahkan. "Ya ... intinya, enggak usah dipikirin terlalu serius. Aku juga enggak tersinggung, kok. Kalo aku tersinggung, bakal aneh jadinya."

Nara mengernyit heran. "Kenapa aneh?"

Sakra mengangkat bahu singkat, lalu menjawab, "Ya ... aneh aja. Kalo aku tersinggung apalagi sampe marah, itu seolah-olah aku kayak membenarkan kita berdua pacaran."

Way of Love | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang