Way #17 | Bad Luck

15 0 0
                                    

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Terima kasih😊


💘


"ADUH, Nara! Kamu di mana, sih? Buruan! Kita ada meeting, lho, sama atasan pagi ini."

"Iya, iya. Ini aku lagi di jalan, Lata. Bentar lagi sampe, kok." Nara menjawab tak kalah solot.

"Ayo, Nara, ayo!"

Nara mendesis sebal mendengar suara Sapta dari speaker telepon. "Sapta, kamu diem, deh!"

"Buruan, Ra. Kalo udah sampe kantor kabarin."

"Iya."

Sambungan telepon antara Nara dan teman kantornya, Lata, terputus. Nara menyandarkan punggung pada bangku mobil. Ia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Tenang, Na, tenang. Jangan panik, jangan mikir yang macem-macem, batinnya, berusaha menenangkan diri.

Ketiban sial, Nara hari ini bangun kesiangan. Pukul 06:45, perempuan itu baru bangun, padahal alarm di ponsel sudah disetel semalam untuk pukul 06:00. Sayangnya, saat alarm berbunyi, Nara bukannya bangun atau menunda alarm, ia malah mematikan alarm dan lanjut tidur. Teguran dari bunda juga tak terdengar oleh perempuan itu. Saat berpapasan dengan bunda, ia malah menyalahkan wanita paruh baya itu. Namun, bunda langsung memberikan klarifikasi dan akhirnya Nara yang kena omel.

"Pak, bisa cepetan lagi, enggak? Saya buru-buru ke kantor, nih," pinta Nara dengan gemas.

"Aduh, ini udah pol, Mbak. Jalanan juga lagi padet ini. Maklum, udah siang. Enggak cuma Mbak yang buru-buru berangkat kerja."

Nara mendesis sebal. Ia memegang kepala yang terasa pening. Pening karena panik juga pening karena belum sarapan. Tidak sempat baginya sekadar mengisi perut dengan air putih. Ia juga tidak membawa bekal makan atau minum apa pun. Berlapis-lapis sepertinya kesialan yang harus Nara terima hari ini. Entah kesialan apa pagi yang akan menimpanya.

Beberapa menit menunggu dengan perasaan tak tenang, akhirnya Nara bisa sedikit bernapas lega begitu taksi berhenti di area kantor. Buru-buru Nara mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada sopir. Setelah mengucap "terima kasih", Nara segera keluar dan berlari menuju pintu masuk kantor. Ia tidak memedulikan panggilan sopir taksi perihal uang kembalian yang belum diambil.

Nara segera masuk lift. Untung saja lift hanya diisi olehnya seorang. Setidaknya, itu akan mempercepat waktunya mengejar ketertinggalan meeting bersama atasan.

Decak pelan keluar secara spontan dari mulut Nara. "Kenapa harus di lantai 5, sih? Jauh banget, padahal di lantai 2 juga ada meeting room," gerutunya sambil menatap penunjuk lantai di bagian atas.

Way of Love | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang