Way #20 | Let Me Cry Now

10 1 0
                                    

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe

Terima kasih😊

💘


LANGKAH Nara mulai terseok-seok. Selain karena tidak mengenakan alas kaki apa pun, ia juga belum mengisi perut sejak siang. Ia terlalu sibuk bekerja sebagai konsekuensi tidak mengikuti meeting dengan baik. Huh, mengingat kejadian tersebut membuat Nara teringat Sakra dan kembali kesal. Nara merasa hari ini begitu buruk. Masalah demi masalah terus mengejarnya. Dikira aku ini idola kali, pake dikejar-kejar segala.

Nara memutuskan untuk rehat sejenak di sebuah halte bus. Ia duduk bersandar dengan napas sedikit tersengal. Tatapannya tertuju lurus ke depan, menatap kosong jalan beraspal yang dilalui kendaraan. Perempuan itu belum memiliki tujuan jelas hendak pergi ke mana. Namun yang jelas, ia tidak akan kembali ke rumah. Ya ampun, berani sekali ia masih menganggap bangunan yang telah menaunginya selama hampir 23 tahun sebagai "rumah".

Tangan Nara masuk ke saku rok. Ia mengambil ponsel, lalu menyalakannya. Terdapat beberapa notifikasi panggilan tak terjawab dari Meghana. Tumben sekali kakaknya itu mau meneleponnya. Ah, sepertinya Nara harus membiasakan diri untuk tidak menganggap Meghana sebagai kakaknya lagi. Toh, semua sudah jelas jika ia bukan saudara kandung perempuan itu. Meghana juga sangat membenci dirinya. Jadi, lebih baik mereka menjadi orang asing bagi satu sama lain.

Nara melirik sudut kanan atas ponsel. Daya baterai ponselnya tersisa 5%. Perempuan itu mendesah berat. Saat pergi dari rumah, ia tidak terpikirkan untuk membawa charger, tas, pakaian ganti atau bahkan dompet. Ia nekat pergi dengan modal ponsel dan setelan kerja yang mulai berbau kecut karena sudah seharian ia kenakan. Rasanya ingin segera mandi, tetapi nahas, ia belum menemukan tempat singgah yang baru, entah indekos atau penginapan murah. Namun, Nara baru ingat kalau ia tidak memiliki uang sepeser pun. Saldo e-money pun belum sempat ia isi ulang. Apes memang nasibnya hari ini.

Nara celingak-celinguk, memastikan keberadaannya saat ini. Dahi perempuan itu berkerut samar, mencoba mengingat-ingat sesuatu. Kalau tidak salah, Lata tinggal di daerah sini. Sebuah ide pun langsung terlintas di pikiran perempuan itu. "Apa aku numpang di rumah Lata dulu, ya? Habis itu, aku cari kos-kosan atau kontrakan buat tinggal," gumamnya. Ia mengecek jam di ponsel. Sudah pukul 19:25 ternyata. Aksi kabur dari rumah membuat Nara tidak sadar waktu sudah beranjak malam. Ia juga baru sadar telah pergi cukup jauh dari lokasi rumah.

Setelah menimbang beberapa detik, Nara mengangguk sekali, lalu berdiri. Ia memutuskan beranjak menuju rumah Lata. Awalnya, ia ingin menghubungi temannya itu terlebih dahulu, tetapi daya ponsel yang sangat minim tidak mampu untuk melakukan panggilan telepon. Jadi, ia tetap melanjutkan perjalanan sambil mengingat-ingat lokasi rumah Lata. Pasalnya, sudah sama sekali ia tidak berkunjung ke sana.

Way of Love | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang