Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), heheTerima kasih😊
💘
From: Sakra
[Na, aku udah di depan kantor kamu]Nara refleks mendesis begitu membaca pesan singkat dari Sakra yang baru saja masuk. "Duh, La, Sakra udah di depan kantor. Gimana, nih?" keluhnya pada Lata.
"Ya udah sana, samperin. Apa coba yang harus dibingungin?"
Nara menatap sinis teman kantornya itu, lalu berkecak pinggang. "La, aku juga enggak akan bingung kayak gini kalo kamu enggak asal bales chat-nya Sakra tadi siang. Lagian, kamu jadi temen usil banget, sih. Seneng banget temennya kesusahan," sungutnya.
Bukannya merasa bersalah, Lata malah terkikik geli. Sikap Lata tersebut langsung mendapat tatapan tajam dari Nara.
"Udah, sana temuin si Sakra, Ra. Kasian tau kalo kelamaan nunggu kamu. Mana udah malem."
Nara terdiam beberapa saat. Lata benar. Sekarang sudah malam, tepatnya jam 8. Ia jadi kepikiran tentang Sakra. Mengapa Sakra mau-maunya repot menjemputnya usai mengajar Rayi? Apakah laki-laki itu tidak merasa lelah?
Nara mengerucutkan bibir. Perempuan muda itu lalu mendekati Lata. Perlahan, ia menggamit lengan teman kantornya itu. Mendapat perlakuan aneh tersebut membuat Lata merasa aneh. Ia menurunkan pandang dan hendak menjauhkan Nara dari dirinya, tetapi tidak bisa karena tenaga teman kantornya itu lebih kuat.
"Temenin aku, ya, La," pinta Nara dengan raut memelas.
"Ih, manja! Lagian kenapa, sih? Segitunya kamu rempong kalo ngadepin Sakra. Emang dia sebenernya siapa, sih? Oh, jangan-jangan kamu beneran ada rasa, ya, sama dia? Hayo, ngaku kamu, Ra," goda Lata sambil tersenyum jahil.
Kedua mata Nara terbuka lebar mendengar pertanyaan Lata. "Kamu jangan asal nuduh, deh, La. Udah, yuk, temenin aku. Sekalian, kamu jelasin ke Sakra kalo chat yang tadi itu kamu yang ngetik, bukan aku."
"Kok, gitu?"
"Ya emang faktanya gitu. Kenapa? Enggak berani? Cih!" Nara memutar bola mata malas, lalu berkata, "Berani bertindak doang, tapi enggak berani tanggung jawab. Cemen kamu!"
Lata berdecak pelan. "Iya, iya, aku temenin, deh."
Mendengar kesediaan Lata tersebut, Nara secara otomatis tersenyum lega.
Selesai berberes-beres, Nara dan Lata segera turun ke lantai satu dengan bantuan lift. Namanya teknologi harus dimanfaatkan, 'kan? Nara dan Lata tidak serela itu berjalan melewati puluhan anak tangga dengan kaki berlapis sepatu hak. Pulang-pulang kaki mereka bisa dipastikan akan mengalami pegal-pegal.
"Itu yang namanya Sakra, Ra?" Lata menunjuk satu titik dengan gerakan dagu.
Nara menghentikan langkah dan mengikuti arah pandang Lata saat ini. Perhatiannya terjatuh pada seorang laki-laki dengan setelan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam yang tengah bersandar pada kap mobil. Laki-laki tampak menunduk, menatap ponsel. Entah mengapa, hanya dengan memandang laki-laki tersebut, berhasil membuat Nara gugup setengah mati. Refleks, ia menggamit lengan Lata lebih kuat.
"Ih, Ra! Kamu kenapa, sih? Santai kali pegang tangan aku! Sakit, nih!"
Nara hanya cengar-cengir.
"Jadi, bener cowok itu Sakra?" Lata bertanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way of Love | @penaka_
Romance[Romance] - [Tamat] Nara dipertemukan kembali dengan Sakra, cinta pertamanya yang tak tergapai sewaktu SD. Pertemuan yang mengejutkan sekaligus menyenangkan bagi Nara. Apalagi, hingga benar-benar dapat menjalin hubungan asmara dengan Sakra setelah 1...