Way #14 | What's Wrong with My Sister in This Sweetest Day?

12 1 0
                                    

Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), hehe


Terima kasih😊

💘


NARA memutuskan untuk segera pulang ke rumah setelah makan siang di taman bermain. Tak banyak wahana yang ia coba di sana karena tenaganya sudah terkuras habis untuk naik bianglala. Ah, ada satu hal lagi juga yang membuat tenaga perempuan itu terkuras, yaitu Sakra.

"Kamu ... beneran enggak apa-apa, Na?"

Nara tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Sakra. "Enggak apa-apa, kok. Makasih, ya, udah nganter pulang. Maaf, jadi ngerepotin."

"Harusnya, aku yang minta maaf karena kejadian di bianglala tadi, Na. Lama enggak ketemu, jadi aku enggak tau kalo ... kamu takut ketinggian."

"It's okay." Nara tersenyum tipis. "Ya udah, aku masuk dulu," pamitnya kemudian.

"Salam buat bunda sama ayah kamu, ya. Maaf, enggak bisa mampir karena aku ada urusan setelah ini."

Nara hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai tanggapan.

"Ya udah, sana masuk."

"Ih, kok, ngusir?" sewot Nara.

"Eh, bukan gitu. Kan, tadi kamu sendiri yang bilang mau masuk duluan. Jadi, aku cuma ngingetin aja, Na."

Nara tertawa melihat kepanikan Sakra. "Iya, aku paham, kok. Bercanda doang kali." Setelah itu, ia berbalik badan dan meninggalkan Sakra.

"Na."

Langkah Nara secara otomatis terhenti saat namanya dipanggil. Ia menoleh ke belakang dan bertemu tatap dengan Sakra yang tengah tersenyum. Entah apa maksud senyuman laki-laki itu. "Kenapa?" tanyanya dengan sebelah alis yang terangkat.

Sakra kembali tersenyum penuh arti. "Makasih untuk hari ini. Aku ... seneng."

Nara terdiam beberapa saat. Pertanyaan Sakra membangkitkan gejolak aneh dalam diri Nara. Hatinya seperti tergelitik. Perempuan itu menahan diri agar tidak tersenyum, padahal bibirnya sudah berkedut.

Nara berdeham dan hanya menjawab "ya" karena tidak ingin terjebak terlalu lama dalam salah tingkah. Ia segera berjalan menuju pintu utama rumah. Sampai di depan pintu, ia tidak langsung masuk. Ia menyempatkan diri menoleh ke belakang dan melihat kepergian mobil sedan hitam milik Sakra dari depan rumah. Setelah itu, Nara melepaskan senyuman yang sejak tadi ditahannya. "Sakra, Sakra," gumamnya tersipu sambil melepas sepatu.

Ketik melewati ruang tamu, Nara merasa biasa saja. Akan tetapi, begitu sampai di ruang keluarga, ia terkejut ketika menemukan sosok perempuan yang tengah duduk di sofa sambil menonton televisi. Butuh beberapa detik bagi Nara untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat dan salah kira. "Kakak?"

Sosok perempuan yang awalnya memperhatikan televisi langsung menatap Nara. Ekspresinya terlihat datar, tidak terlalu antusias seperti Nara, sang adik. "Oh, kamu," balasnya singkat.

Senyum di bibir Nara sedikit memudar menyadari reaksi sang kakak yang kurang ramah. Namun, ia tetap senang. Kepulangan kakaknya sama sekali tak ia duga. Mungkinkah ini kejutan?

Sambil tersenyum, Nara berjalan dan duduk di sebelah sang kakak. "Kak Megha kapan pulang? Oh, ya, Kakak udah baikan?" tanyanya dengan antusias.

Meghana melirik tajam sang adik. "Baru sekarang kamu nanya keadaan aku, hem?"

Way of Love | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang