Sebelum baca, alangkah lebih afdal kalo kalian klik dulu ☆ yang ada di bagian pojok kiri bawah supaya berubah jadi ★
Biar enggak kosong kayak hati(mu), heheTerima kasih😊
💘
BEGITU tiba di rumah, Nara segera melangkah menuju kamar."Baru pulang, Ra?" tanya Amarta yang muncul dari dapur.
Nara menghentikan langkah sejenak untuk menjawab pertanyaan bundanya. "Iya, Bun."
"Ya udah, bersih-bersih terus makan, ya."
"Nara udah makan, kok, Bun."
"Oh, ya?"
"Iya, dong, Bun. Makan sama gebetan pula." Rayi yang baru keluar dari kamar mandi langsung menimbrung.
"Ih, apaan? Sok tau kamu, Ray!" sungut Nara.
"Ngaku aja, lah, Kak. Kakak habis makan bakso, 'kan, sama Kak Dipta? Eh, Kak Sakra maksudnya. Iya, 'kan?" Rayi terus mendesak kakaknya untuk jujur.
Nara mendesis, menahan kesal terhadap Rayi.
"Bener itu, Ra?" Amarta ikut bertanya.
Nara mengembuskan napas berat. "Iya, Nara emang makan bakso sama dia, tapi perlu Sakra itu bukan gebetan Nara," terangnya penuh ketegasan. Nara tiba-tiba teringat sesuatu. Ia lantas memicingkan mata ke arah Rayi. "Tapi, kamu, kok, tau kalo Kakak makan bakso sama Kak Sakra?"
Rayi cekikikan tidak jelas. "Ada, deh," sahutnya. Remaja laki-laki itu lantas berjalan melewati Nara.
Nara tak tinggal diam. Ia langsung menarik bagian belakang kaus yang melekat di tubuh sang adik. Rayi pun refleks tertarik ke belakang. "Jujur sama Kakak!" perintahnya.
"Nara, adik kamu jangan ditarik gitu, dong. Kamu kira dia kucing apa," tegur Amarta.
"Maaf, Bun," jawab Nara sambil cengengesan.
"Udah, deh. Kalian enggak usah debat malem-malem gini. Ganggu Ayah lagi istirahat aja." Setelah berpesan, Amarta pergi meninggalkan kedua anaknya menuju kamar.
Nara dan Rayi menatap kepergian Amarta. Begitu Amarta hilang dari pandangan, kakak beradik itu kembali berdebat.
"Ngaku cepet!" Nara kembali menyuruh Rayi dan melepaskan tarikannya.
"Tethering internet dulu, dong," rengek Rayi.
Nara menganga mendengar syarat aneh tersebut. "Tethering? Enggak! Pasti mau buat nge-game. Iya, 'kan? Kakak enggak mau, ah."
"Yeee nethink mulu. Ray, tuh, mau searching materi, Kak. Tapi, kuota internet Ray habis, jadi ngemis tethering ke Kakak, deh. Boleh, ya?"
"Halah, sok-sokan alibi buat searching materi. Kakak, tuh, tau ketumanan kamu, Ray. Pasti bakal buat nge-game."
"Huh, ya udah kalo enggak mau Ray jujur." Ray bersiap pergi meninggalkan Nara.
Nara mengerucutkan bibir. Ia mendesis samar, lalu kembali menarik kaus Rayi dari belakang. "Eh, jangan pergi dulu, dong! Iya, deh, Kakak tethering-in, nih."
"Yes!" seru Rayi senang.
"Jangan yes-yes doang. Buruan jujur, kenapa kamu bisa tau kalo Kakak makan bakso sama Kak Sakra?"
"Tethering-nya dulu, Kakak."
Nara mendesis untuk yang kesekian kali. Ia mendelik pada Rayi sebelum akhirnya mengaktifkan hotspot internet. "Udah, tuh. Enggak disandi juga. Bawel!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Way of Love | @penaka_
Romance[Romance] - [Tamat] Nara dipertemukan kembali dengan Sakra, cinta pertamanya yang tak tergapai sewaktu SD. Pertemuan yang mengejutkan sekaligus menyenangkan bagi Nara. Apalagi, hingga benar-benar dapat menjalin hubungan asmara dengan Sakra setelah 1...